JAKARTA - Huawei, yang dalam perjalanannya mendominasi pasar ponsel pintar secara global, kini harus berjuang mati-matian untuk menjaga bisnis ponsel cerdasnya tetap bertahan setelah Amerika Serikat menjatuhkan beberapa sanksi kepada perusahaan tersebut.
Sebelumnya dilaporkan bahwa perusahaan smartphone asal China itu akan keluar dari bisnis segmen kelas atas-nya dengan menjual merek seri P dan Mate andalannya.
Namun dalam laporan terbaru, pihak perusahaan pun membantah informasi tersebut. Dalam pernyataan resminya, Huawei mengatakan tidak berencana untuk mendivestasi bisnis smartphone premiumnya kecuali sebagai "pilihan terakhir".
BACA JUGA:
"Kami tetap berkomitmen penuh untuk bisnis ponsel cerdas kami dan akan terus menghadirkan produk dan pengalaman terkemuka dunia bagi konsumen kami di seluruh dunia," kata Huawei.
Pernyataan Huawei menegaskan bahwa perusahaan belum menyerah untuk menghidupkan kembali bisnis smartphone premiumnya, termasuk ponsel seri P dan seri Mate serta produk chipset HiSilicon Kirin.
Dalam laporan keuangannya dari kuartal ketiga 2019 hingga kuartal ketiga 2020, pengiriman seri P dan Mate dikatakan telah meraup 39,7 miliar dolar AS (sekitar Rp. 551 triliun).
Namun bantahan Huawei ini sedikit diragukan kebenarannya. Pada akhir tahun lalu, perusahaan juga pernah membantah saat ada kabar bahwa sub-brand miliknya, yakni Honor akan dijual ke sebuah perusahaan konsorsium yang disokong oleh pemerintah lokal Shenzen, China.
Belakangan, sub-brand tersebut benar-benar dijual oleh Huawei ke pemilik baru bernama Zhixin New Information Technology Co. Ltd.
Alasan dibalik penjualan sub-brand-nya itu alih-alih untuk menyelamatkan diri dari kesengsaraan yang telah melanda perusahaan induknya sejak ditempatkan dalam daftar entitas Departemen Perdagangan AS.
Mundurnya bisnis ponsel Huawei pun tak lepas dari sanksi pemerintah AS sejak era Donald Trump. Diramalkan presiden baru Amerika, Joe Biden tak akan segera mencabut sanksi Trump untuk Huawei.
Baru-baru ini, pendiri Huawei Ren Zhengfei mengatakan bahwa perusahaan harus mendesentralisasikan operasinya, menyederhanakan lini produk, fokus pada menghasilkan keuntungan, dan mempertahankan tingkat gaji selama tiga hingga lima tahun untuk bertahan dari pembatasan perdagangan AS.