JAKARTA - Bitcoin, aset digital paling populer di dunia, diramal masih berpeluang mengalami kenaikan harga hingga mencapai level tertinggi baru. Hal ini diungkapkan oleh Geoff Kendrick, Kepala Riset FX Standard Chartered, dalam catatan terbarunya yang dirilis pada Senin, 8 Desember 2024.
Kendrick memprediksi bahwa Bitcoin bisa mencapai 200.000 dolar AS (Rp3,1 miliar) pada akhir tahun 2025, jika Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui produk Exchange-Traded Fund (ETF) spot Bitcoin. ETF adalah instrumen investasi yang melacak harga aset tertentu, seperti saham, obligasi, atau kripto.
Tidak berhenti sampai di situ, Kendrick melanjutkan bahwa ETF Bitcoin spot akan meningkatkan permintaan dan mengurangi pasokan Bitcoin, sehingga mendorong kenaikan harga secara signifikan. Dia mengatakan bahwa ETF Bitcoin spot AS bisa menarik arus masuk antara 437.000 dolar AS (Rp6,8 miliar) dan 100.000 dolar AS (Rp1,5 miliar) pada akhir 2024.
"Kami memperkirakan bahwa ETF spot AS akan memiliki dampak yang lebih besar daripada ETF berjangka, karena mereka akan membutuhkan pembelian Bitcoin fisik, yang akan mengurangi pasokan yang tersedia di pasar," ujar Kendrick, seperti dikutip dari CNBC.
Kendrick juga membandingkan dampak ETF Bitcoin spot dengan dampak historis dari produk perdagangan emas spot pada harga emas. Dia mengatakan bahwa setelah diluncurkannya SPDR Gold Shares pada tahun 2004, harga emas melonjak lebih dari empat kali lipat dalam tujuh tahun.
BACA JUGA:
"Kami berpendapat bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk mengikuti jejak emas, jika tidak lebih cepat, karena adopsi yang lebih luas dan meningkatnya kesadaran [terhadap bitcoin]," kata Kendrick.
Selain itu, Kendrick juga menyoroti dinamika pasokan Bitcoin yang terbatas, sebanyak 21 juta koin yang membuatnya lebih langka dan berharga. Dia mencatat bahwa persentase dari total pasokan Bitcoin yang beredar berada pada level terendah sepanjang masa, yang menunjukkan bahwa para pemilik Bitcoin cenderung menyimpan aset mereka daripada menjualnya.
"Kami percaya bahwa ini mencerminkan kenyataan bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai aset yang layak untuk disimpan dalam portofolio investasi," kata Kendrick.
Kepala riset FX Standard Chartered itu menambahkan bahwa siklus halving Bitcoin, yaitu pengurangan separuh jumlah Bitcoin baru yang terbit setiap empat tahun sekali, juga akan berdampak positif pada harga Bitcoin. Halving terakhir terjadi pada Mei 2020, dan halving berikutnya diperkirakan terjadi pada 2024.
"Kami memperkirakan bahwa halving akan mengurangi pasokan Bitcoin yang tersedia di pasar sekitar 40% pada tahun 2024, yang akan meningkatkan tekanan kenaikan pada harga," kata Kendrick.
Saat ini, harga Bitcoin berada di sekitar 45.000 dolar AS (Rp 700 juta), naik sekitar 10% sejak awal tahun. Bitcoin mencapai rekor tertingginya (ATH) di level 69.000 dolar AS pada November 2023, didorong oleh minat dari investor institusional dan ritel.