Google Kritik Usulan Otoritas Antimonopoli Uni Eropa untuk Menjual Bagian dari Bisnis Adtech
Google selama ini mendominasi pasar iklan digital di dunia. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Alphabet induk dari Google pada Jumat 8 Desember mengkritik kemungkinan perintah dari otoritas antimonopoli Uni Eropa untuk menjual sebagian dari bisnis adtech yang menguntungkan. Mereka menyatakan bahwa itu tidak proporsional dan tidak tepat untuk mitra iklannya.

Komentar tersebut muncul setelah raksasa teknologi AS ini merespons tuduhan dari Uni Eropa yang dikeluarkan kepada perusahaan tersebut pada bulan Juni.

"Kami menentang pemisahan. Kami tidak berpikir itu adalah hasil yang benar untuk kasus ini. Kami pikir ini adalah bagian dari bisnis kami yang sangat efisien," kata Direktur Google, Oliver Bethell, kepada wartawan.

"Dan jenis perbaikan tersebut akan tidak proporsional dalam keadaan ini dan kami telah menjelaskannya kepada Komisi dalam tanggapan kami terhadap pernyataan keberatan mereka," tambahnya.

Komisi Eropa mengatakan Google sejak tahun 2014 telah menyalahgunakan dominasinya dalam industri teknologi periklanan online melalui kekuatan pasar AdX, pertukaran iklan sendiri dari Google, di kedua sisi rantai pasok.

Itu dilakukan, kata Komisi, dengan memastikan bahwa kedua alat intermediasi di sisi pembelian dan di sisi penjualan akan mendukung pertukaran iklan AdX miliknya sendiri dalam lelang pencocokan.

Taylor mengatakan bahwa ini adalah praktik umum dalam industri untuk melayani baik pengiklan maupun penerbit, dengan sejumlah pesaing melakukan hal yang sama.

"Ada banyak perusahaan yang memiliki bisnis adtech bersaing dengan kami, seperti Amazon, Microsoft, Criteo, Comcast, dan lain-lain," kata Taylor kepada wartawan.

"Mereka menawarkan platform iklan dan alat seperti yang kami miliki yang melayani baik pengiklan maupun penerbit. Sekarang umum untuk melakukan ini di industri karena ini bermanfaat baik bagi pengiklan maupun penerbit," ujarnya.

Taruhannya lebih tinggi bagi Google dalam bentrokan terbarunya dengan regulator karena ini berkaitan dengan sebagian dari bisnis periklanannya yang menyumbang 79% dari total pendapatan tahun lalu dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan terbesarnya.

Pendapatan iklan Google pada 2022, termasuk dari layanan pencarian, Gmail, Google Play, Google Maps, iklan YouTube, Google Ad Manager, AdMob, dan AdSense, mencapai 224,5 miliar dolar AS (Rp3.496 triliun).

Google dapat meminta untuk diadakan sidang tertutup untuk membela kasusnya di hadapan pejabat antimonopoli senior UE dan nasional sebelum keputusan dikeluarkan, yang bisa terjadi tahun depan