Bagikan:

 

JAKARTA – Teknologi memang semakin maju, tetapi tidak semua pihak bisa merealisasikan kota metaverse. Banyak hal yang perlu dipelajari dan dipahami untuk membangun kota teknologi ini.

Oleh karena itu, rencana pembangunan kota metaverse dari Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto menjadi perdebatan belakangan ini. Beberapa pihak menganggap mimpi Prabowo ini terlalu tinggi untuk diwujudkan.

Rancangan kota metaverse ini pertama kali dibocorkan oleh Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko. Politikus itu mengatakan bahwa Prabowo berencana mendirikan 10 kota metaverse pendukung Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Sembilan kota seperti sembilan planet, dan mataharinya adalah IKN sebagai super hub dari ekosistem digital. Ini bisa dikerjakan, orangnya ada,” kata Budiman beberapa waktu lalu, dikutip VOI dari Extranews.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan perencanaan kota metaverse karena Pemerintah Kota Makasar sudah mengusung konsep ini sejak tahun lalu. Namun, kita perlu memahami pengertian dan kebutuhan dari konsep ini terlebih dahulu.

Kota metaverse merupakan konsep di mana sebuah kota menggabungkan dunia nyata dengan dunia virtual. Seluruh komunikasi dan kebutuhan masyarakat akan menggunakan sistem online sehingga kemampuan teknologinya harus mumpuni.

Mengutip dari Racounter, infrastruktur digital berupa koneksi internet adalah kebutuhan utama. Tanpa koneksi yang canggih, kota metaverse hanyalah angan belaka. Dengan kebutuhan ini, tak heran jika Seoul di Korea Selatan berhasil menerapkan kota metaverse.

Lebih dari 95 persen dari 10 juta penduduknya telah menggunakan koneksi 4G atau 5G. Seoul pun mendukung jaringan broadband publik di lebih dari 100.000 titik yang bisa diakses dengan mudah dan tentunya gratis.

Selain tersedianya konektivitas, pemerintah juga harus memastikan bahwa mayoritas atau hampir seluruh warganya sudah menggunakan perangkat pintar. Pasalnya, seluruh kegiatan kota akan melibatkan jaringan internet.

Tantangan lain dari konsep metaverse adalah komputasi cloud, yaitu layanan komputasi berupa server, penyimpanan, database, jaringan, dan masih banyak lagi. Ada dua hal yang perlu dipenuhi dari tantangan ini.

Pertama, pemerintah harus memiliki penyimpanan cloud yang cukup untuk memproses seluruh data masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus memiliki keamanan yang ketat agar terhindar dari masalah cybercrime.

Kebutuhan terakhir yang tidak bisa diabaikan adalah ketersediaan dana. Seoul diketahui menyisihkan dana Rp787 miliar hanya untuk membangun satu kota. Padahal, kota itu sudah cukup maju dari segi konektivitas dan perangkatnya.

Maka dari itu, anggaran untuk kota di Indonesia tidak bisa disamakan dengan Seoul. Pihak Prabowo menyatakan bahwa pembangunan satu kota akan membutuhkan Rp125 triliun sehingga 10 kota akan menjadi Rp1.250 triliun.