Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya, kembali menunjukkan performa yang mengesankan dengan harga BTC naik 2,55% menjadi 38.678 dolar AS (Rp598,5 juta) pada  Senin, 4 Desember 2023. Harga BTC kini sedang berusaha menembus level 40.000 dolar AS (Rp620 juta), yang merupakan level psikologis penting bagi invstor.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu kenaikan besar-besaran pada tahun 2024, di antaranya adalah pemotongan suku bunga, Bitcoin halving, dan persetujuan ETF. Salah satu indikator bullish yang muncul baru-baru ini adalah keluarnya sejumlah besar koin dari pertukaran terpusat (CEX).

Menurut data Glassnode, investor telah menarik lebih dari 37.000 BTC, setara dengan 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun), dari pertukaran kripto sejak 17 November 2023. Keluarnya aset dari bursa kripto menunjukkan tren investor memilih penyimpanan langsung atas koin mereka, alih-alih menjualnya di pasar. Keluarnya ini juga mencerminkan permintaan yang kuat dan tekanan jual yang berkurang, seiring dengan optimisme seputar peluncuran exchange-traded fund (ETF) di Amerika Serikat.

ETF adalah produk keuangan yang melacak harga aset tertentu, seperti saham, obligasi, atau mata uang kripto, dan dapat diperdagangkan di bursa saham. ETF Bitcoin diharapkan dapat meningkatkan adopsi dan likuiditas Bitcoin, serta menarik investor institusional dan ritel yang mencari eksposur terhadap aset kripto tanpa harus membeli dan menyimpannya secara langsung. Beberapa aplikasi ETF Bitcoin telah diajukan ke Securities and Exchange Commission (SEC) AS, tetapi belum ada yang mendapat persetujuan hingga saat ini.

Selain faktor ETF, ada juga faktr lain yang dapat mendukung kenaikan harga Bitcoin pada tahun 2024, yaitu pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia. Pemotongan suku bunga dapat menurunkan daya tarik aset berbunga, seperti obligasi, dan mendorong investor untuk mencari aset berisiko tinggi, seperti saham dan kripto. Pemangkasan suku bunga juga dapat melemahkan nilai mata uang fiat, seperti dolar AS, dan meningkatkan daya beli Bitcoin.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin pada tahun 2024 adalah Bitcoin halving, yaitu proses pengurangan jumlah Bitcoin baru yang diciptakan setiap 10 menit sebagai imbalan bagi penambang atau miner yang memverifikasi transaksi di jaringan.

Bitcoin halving terjadi setiap empat tahun sekali, dan yang terakhir terjadi pada Mei 2020, ketika imbalan penambang berkurang dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC per blok. Bitcoin halving berikutnya diharapkan terjadi pada Mei 2024, ketika imbalan penambang akan berkurang menjadi 3,125 BTC per blok. Bitcoin halving dapat meningkatkan kelangkaan Bitcoin dan mendorong kenaikan harga, karena penawaran Bitcoin baru berkurang sementara permintaan tetap tinggi.

Dengan adanya faktor-faktor ini, ada kemungkinan bahwa Bitcoin akan mengalami kenaikan pada tahun 2024, dan mungkin mencapai level harga tertinggi barunya (ATH), seperti dilansir Cryptoslate. Meskipun demikian, ada juga risiko dan tantangan yang dapat menghambat kenaikan harga Bitcoin, seperti regulasi yang ketat, persaingan dari mata uang kripto lain, dan volatilitas yang tinggi. Oleh karena itu, investor harus berhati-hati dan melakukan riset sebelum berinvestasi di pasar kripto.