JAKARTA - Google DeepMind telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi struktur lebih dari 2 juta material baru. Ini adalah suatu terobosan yang diklaim dapat segera digunakan untuk meningkatkan teknologi dunia nyata.
Dalam sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada Rabu, 29 November, perusahaan AI milik Alphabet itu mengatakan hampir 400.000 desain material hipotetisnya dapat segera diproduksi dalam kondisi laboratorium.
Aplikasi potensial untuk penelitian ini termasuk produksi baterai yang lebih baik, panel surya, dan chip komputer yang lebih unggul.
Penemuan dan sintesis material baru dapat menjadi proses yang mahal dan memakan waktu. Sebagai contoh, dibutuhkan sekitar dua dekade penelitian sebelum baterai ion litium - yang saat ini digunakan untuk daya segala sesuatu mulai dari ponsel dan laptop hingga kendaraan listrik - dapat diproduksi secara komersial.
"Kami berharap bahwa peningkatan besar dalam eksperimen, sintesis otonom, dan model pembelajaran mesin akan secara signifikan mempersingkat rentang waktu 10 hingga 20 tahun itu menjadi sesuatu yang lebih mudah dikelola," kata Ekin Dogus Cubuk, seorang ilmuwan penelitian di DeepMind.
AI DeepMind dilatih menggunakan data dari Materials Project, sebuah kelompok penelitian internasional yang didirikan di Lawrence Berkeley National Laboratory pada tahun 2011, terdiri dari penelitian yang ada tentang sekitar 50.000 material yang sudah diketahui.
BACA JUGA:
Perusahaan mengatakan sekarang akan membagikan data mereka dengan komunitas penelitian, dengan harapan mempercepat terobosan lebih lanjut dalam penemuan material.
"Industri cenderung sedikit tidak suka mengambil risiko ketika menyangkut peningkatan biaya, dan material baru biasanya memerlukan waktu sebelum menjadi biaya yang efektif," kata Kristin Persson, direktur Materials Project.
"Jika kita bisa mengecilkan waktu itu sedikit lebih banyak lagi, itu akan dianggap sebagai terobosan nyata," ungkapnya.
Setelah menggunakan AI untuk memprediksi stabilitas material baru ini, DeepMind mengatakan akan fokus pada memprediksi seberapa mudah mereka dapat disintesis di laboratorium.