Bagikan:

JAKARTA – Dalam upaya mempercepat transisi energi ramah lingkungan, Google membangun proyek panas bumi pertama di Nevada. Proyek ini resmi beroperasi pada Selasa, 28 November.

Melalui rilisnya, Google mengungkapkan bahwa mereka telah bermitra dengan Fervo, startup pengembang teknologi tenaga panas bumi, sejak dua tahun lalu. Keduanya bekerja sama dalam mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Sejak dioperasikan, pembangkit listrik itu sudah mulai mengalirkan listrik bebas karbon ke jaringan listrik lokal yang melayani pusat data terbesar Google di Nevada. Proyek ini mampu menghasilkan 3,5 megawatt (MW).

Pembangkit listrik yang Fervo kembangkan ini berbeda dengan pembangkit listrik tradisional. Startup itu melakukan teknik pengeboran melalui area yang sudah digunakan oleh industri minyak dan gas untuk memanfaatkan panas bumi.

“Fervo menggali dua sumur horizontal dan memasang kabel serat optik untuk menangkap data yang menunjukkan aliran, suhu, dan kinerja sistem panas bumi secara real-time,” kata Direktur Senior Energi dan Iklim Google Michael Terrell.

Dari metode ini, pembangkit listrik yang digunakan oleh Google mampu memproduksi energi bebas karbon (CFE) dengan menggunakan lahan yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber energi ramah lingkungan lainnya.

Meskipun proyek ini baru dibangun, Google berencana memperluas pertumbuhan panas bumi ini ke berbagai negara lainnya. Hal ini dibuktikan dengan kemitraan antara Google dengan Project InnerSpace, badan nirlaba untuk pengembangan energi panas bumi global.

Google tidak merincikan isi perjanjian keduanya, tetapi perusahaan itu bertekad mempercepat penerapan energi panas bumi ke dalam gambaran yang lebih besar. Untuk saat ini, sasaran Google adalah CFE 24/7.

“Seiring perjalanan kami menuju CFE 24/7, kami akan terus mendobrak batasan, menguji ide-ide baru, dan bekerja sama dengan pihak lain untuk mentransformasi sektor ketenagalistrikan secara global,” ungkap Terrell.