Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan pengecoran semikonduktor Jepang yang didukung pemerintah, Rapidus, tengah giat mencari insinyur di seluruh dunia. Ini termasuk kalangan veteran industri dan dari luar negeri, untuk membantu menghidupkan kembali industri chip yang dahulu menjadi kebanggaan dunia.

Ditopang oleh miliaran dolar subsidi, Rapidus ingin memproduksi massal chip logika 2 nanometer, serta bersaing dengan perusahaan-perusahaan terkemuka seperti TSMC dari Taiwan, yang telah mengasah proses produksinya selama puluhan tahun.

Masalah mendesak bagi perusahaan ini adalah mendapatkan insinyur di negara dengan populasi yang terus menurun, meskipun telah bermitra dengan IBM   dan organisasi penelitian Imec, serta memulai pembangunan fasilitas produksinya di pulau  Hokkaido pada bulan September.

Rapidus dipimpin oleh eksekutif industri chip veteran yang bekerja pada tahun 1980-an ketika Jepang memiliki pangsa pasar sekitar setengah dari pasar chip global. Saat ini, pangsa pasar tersebut menyusut menjadi sekitar 10%, dengan industri ini kehilangan prestise di dalam negeri meskipun Jepang tetap menjadi pemimpin dalam peralatan dan bahan pembuatan chip.

"Tentu saja, awalnya target utama adalah orang-orang yang ingin bekerja di garis terdepan, tetapi belakangan ini kami telah membuat daftar orang-orang yang meninggalkan Jepang untuk bekerja di luar negeri, dan mereka sekarang bergabung," kata Tetsuro Higashi, ketua Rapidus berusia 74 tahun dan mantan kepala pembuat alat Tokyo Electron.

Rapidus memiliki sekitar 250 karyawan pada bulan November, dengan jumlah yang terus berkembang termasuk Masami Suzuki, seorang manajer senior berusia 50-an di departemen paket 3D.

"Jika saya melakukan sesuatu yang baru, saya butuh sekitar 10 tahun untuk melakukannya. Saya ingin membuat satu bunga lagi mekar dan waktu dimulainya Rapidus sangat tepat. Saya memutuskan untuk bertaruh sisa waktu saya padanya," kata Suzuki tentang karirnya dalam sebuah wawancara.

Rencana ambisius Rapidus telah disambut dengan skeptisisme dari pihak dalam industri chip yang mempertanyakan apakah perusahaan tersebut akan mampu mencapai produksi massal dan mendapatkan basis pelanggan yang memadai.

"Ketika pertama kali mendengar tentang Rapidus, saya pikir itu memiliki tujuan yang sangat menantang," kata Naoto Yonemaru, yang berusia 30-an dan menjadi insinyur utama di departemen teknologi proses. "Meskipun kita akan menerima teknologi, kita juga harus mengembangkan teknik kita sendiri."

Yonemaru pindah bulan lalu untuk bekerja dengan IBM di negara bagian New York, sebagai bagian dari kelompok insinyur Rapidus yang menuju sana selagi fasilitas produksi sedang dibangun. "Saya sangat bersemangat dengan pemikiran bahwa kita bisa mencapai sesuatu seperti itu," katanya