JAKARTA - Clubhouse jadi platform media sosial yang sedang ramai dibicarakan. Bahkan disebut-sebut sebagai "The Next Star Social Media" dalam kurun satu dekade oleh laman Bloomberg.
Warganet juga memiliki banyak kalimat untuk mendeskripsikan aplikasi ini. Ada yang menyebutnya “TikTok untuk orang dewasa”, atau “A never ending Zoom webinar."
Kini popularitasnya semakin meningkat. Berkat pemilihan isu dan bahasan yang menarik. Mulai dari mengangkat konten kreator berkulit hitam, penjual serta penambah Bitcoin, mogul generasi Z yang memiliki beberapa agensi digital, hingga linguaphiles.
Lalu, apakah Clubhouse hanyalah fenomena yang dipicu gimmick belaka, atau model baru yang berpotensi mendisrupsi industri podcast yang tampaknya mulai lelah mencari inovasi?
Untuk mendapatkan jawaban tersebut, VOI menelusuri data digital, mencatat anggapan dan tanggapan beragam media –baik nasional maupun internasional.
Berbagai Konterversi yang Melatarbelakangi Popularitas Clubhouse
Berdasarkan catatan Vulture, popularitas Clubhouse mulai menanjak pada awal bulan Desember 2020 lalu. Saat itu, Chet Hanks –rapper, personal virtual, dan putra Tom Hanks, bergabung dan membuka ruang diskusi baru.
Alih-alih merayakan diskusi bertema tertentu, sebagian besar yang hadir malah menghujat Chet selama berjam-jam. Chet dianggap melakukan perampasan budaya ketika dirinya, sebagai seorang berkebangsaan Amerika Serikat, menggunakan bahasa AAVE (African American Vernacular English) dan Patwa Jamaika dalam sebuah postingan yang dibagikan pada Instagram bulan Januari 2020 lalu.
#ChetHanks hopped on Clubhouse to address his use of patois. 😆#Clique, are you offended by his fake Jamaican accent? pic.twitter.com/R3F7zi5fTZ
— ItsOnSite (@ItsOnSiteTV) December 4, 2020
Bisa dibilang, peristiwa tersebut memberi makna baru pada platform Clubhouse. Tanpa diketahui partisipan, Chet bisa mendengar dan menanggapi langsung keluhan serta kritikan tajam dari pengguna yang memenuhi ruang diskusi virtual.
Tak seperti Instagram atau Twitter, di mana tokoh publik bisa bebas berkomunikasi satu arah dan tak mempedulikan komentar atau balasan warganet. Di ruang Clubhouse, setiap pembicara bisa berkomunikasi secara langsung. Chet, yang mengklaim suka baca buku Alex Haley berjudul “The Autobiography of Malcolm X “, harus mengalami masa di mana dirinya mendengarkan secara langsung kritikan dari pengguna lain.
Chet Hanks bukanlah yang pertama. Selanjutnya, sederet nama dan tokoh terkemuka silih berganti menambah kontroversi baru melalui platform ini. Contohnya seperti Kevin Hart, yang hadir membuat ruang baru pada akhir bulan November 2020.
Ruangan berjudul “Is Kevin Hart Funny?” seharusnya jadi ajang diskusi langsung antara Kevin, sang komedian kondang dari Amerika Serikat, dengan penggemar. Membicarakan materi guyonannya seperti “Zero F**cks Given Special.
Naas, yang berlangsung malah debat sengit antara Kevin dengan penggemar. Seorang wanita kulit hitam diketahui menghadirkan kritik tandingan yang menggugurkan isu dari Kevin Hart. Akhirnya, perdebatan tersebut direkam salah satu pengguna dan disebarkan melalui platform YouTube.
Kontroversi lain berlangsung di luar negara Amerika Serikat. Di China, aplikasi ini juga tak kalah populer. Pasalnya, pengguna bebas mengadakan diskusi terkait politik dan kondisi sosial terkini. Saking ramainya, bahkan ada yang menjual undangan agar tergabung dalam aplikasi melalui e-commerce.
BACA JUGA:
Enggak Melulu Kontroversi
Kevin Hart dan Chet Hanks hanyalah dua contoh dari sederet tokoh publik yang pernah bikin kontroversi melalui platform ini. Akan tetapi, Clubhouse tak melulu menawarkan kontroversi.
Pengguna juga bisa menemukan ruang obrolan yang santai. Bahkan, platform ini juga bisa dijadikan tempat untuk membuat koneksi atau sekadara ngobrol santai.
Memang, setiap diskusi yang berlangsung tak selalu berakhir pada batasan bahasan yang sudah ditetapkan. Kecuali ruang tersebut diisi oleh moderator berpengalaman yang mampu mengarahkan kembali pembicaraan agar tak terlalu menyimpang.
Contohnya seperti ruang diskusi yang dibuat Jason Lee Fox Soul. Membahas tentang wanita heteroseks yang berkencan dengan pria biseks, serta menghadirkan Tiffany Haddish yang bercerita mengenai pengalamannya berkencan dengan pria biseks. Diskusi tersebut berlangsung tanpa kontroversi.
Dan kini, seperti kita tahu, Clubhouse masih dalam tahap pengembangan. Usianya masih trelatif muda. Oleh karena itu, perusahaan kerap mendapat dari pengguna agar segera menindak tegas akun atau ruang diskusi yang mengkampanyekan ujaran kebencian serta perundungan online.
Tertarik untuk bergabung dengan aplikasi ini?