Bagikan:

JAKARTA - Media sosial audio Clubhouse yang sempat merajai aplikasi populer kini dilaporkan tengah mengalami isu pelanggaran data pengguna. Padahal platform tersebut sebelumnya jauh dari berita kontroversi.

Namun, Clubhouse yang sekarang terbuka untuk semua orang tanpa undangan itu diduga mengalami pelanggaran data pertama. Laporan itu pertama kali diungkap oleh peneliti keamanan Marc Ruef pada akun Twitter resminya.

Ruef mengklaim melihat database pengguna Clubhouse telah dijual di dark web. Database ini berisi 3,8 miliar nomor telepon yang diduga milik pengguna aplikasi itu. Tetapi, data ini masih menjadi pertanyaan besar, pasalnya Clubhouse merupakan aplikasi yang relatif baru, dan bagaimana bisa memiliki 3,8 miliar pengguna di database-nya tersebut?

Sejatinya, saat pengguna bergabung dengan Clubhouse, aplikasi meminta izin untuk menelusuri kontak pengguna demi menemukan teman yang mungkin sudah tergabung dalam aplikasi tersebut.

Menurut penjual database, pemindaian yang dilakukan aplikasi tampaknya menyimpan nomor ke basis data rahasia Clubhouse. Artinya, meskipun seseorang tidak menggunakan Clubhouse, kemungkinan besar nomor mereka dapat menjadi bagian dari database ini.

Mendengar hal ini, Clubhouse tidak tinggal diam. Perusahaan audio chat ini membantah semua tuduhan yang ada soal pelanggaran data pertama mereka.

"Tidak ada pelanggaran terhadap Clubhouse. Ada serangkaian bot yang menghasilkan miliran nomor telepon acak. Jika salah satu dari angka acak ini ada di platform kami karena kebetulan matematis, API Clubhouse tidak mengembalikan informasi yang dapat diidentifikasi pengguna," ungkap Clubhouse seperti dikutip dari Ubergizmo, Rabu 28 Juli.

"Privasi dan keamanan sangat penting bagi Clubhouse dan kami terus berinvestasi dalam praktik keamanan terdepan di industri," tegasnya.