Bagikan:

JAKARTA – Misi Apollo, pendaratan astronaut di Bulan pada tahun 1960-an hingga 1970-an, yang dijalankan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil membawa sampel batuan ke Bumi.

Sampel yang diambil langsung dari Bulan ini diserahkan oleh NASA ke peneliti di Naval Research Laboratory (NLR) untuk diteliti lebih lanjut. Baru-baru ini, peneliti di NRL berhasil mengungkapkan temuan yang menarik.

Ahli Geologi Katherine Burgess mengatakan bahwa sampel dari misi Apollo memiliki kandungan hidrogen. Sejauh ini, Burgess bersama rekan-rekannya memprediksi bahwa hidrogen itu muncul dari hujan, angin matahari, dan serangan komet.

“Hidrogen berpotensi menjadi sumber daya yang dapat digunakan langsung di permukaan bulan ketika terdapat instalasi yang lebih teratur atau permanen di sana,” kata Burgess, dikutip VOI dari rilis NLR.

Jika para astronaut bisa memahami cara mengumpulkan hidrogen selama di Bulan, eksplorasi ruang angkasa mungkin bisa berjalan dengan lebih baik. Terlebih lagi, NASA pernah mengatakan bahwa peluncuran sebotol air ke bulan memakan biaya ribuan dolar AS.

Sampel ini bukan di ambil di wilayah kutub selatan bulan, daerah yang diyakini menyimpan air. Dengan temuan ini, badan antariksa lainnya mungkin bisa menemukan kandungan air lainnya di luar wilayah kutub bulan.

“Dengan demikian, temuan baru ini memiliki implikasi penting bagi stabilitas dan persistensi molekul hidrogen di wilayah di luar kutub bulan,” jelas Burgess dan rekannya.

Saat ini, NASA sedang merencanakan misi pendaratan bulan kedua, melanjuti misi Apollo. Misi ini diberi nama Artemis. Mereka sudah menggelar misi Artemis I dan rencananya akan menjalankan misi Artemis II di tahun 2024.

Puncak dari misi ini adalah Artemis III di mana astronot akan benar-benar didaratkan di Bulan. Misi Artemis I hanya meluncurkan pesawat tanpa awak, sementara Misi Artemis II hanya mengorbit bulan untuk memeriksa sistem dan teknologi dari pesawat yang akan digunakan di misi Artemis III.