JAKARTA - Pada Rabu, 22 November Australia mengumumkan bahwa mereka akan mengalokasikan dana sebesar 26,2 juta dolar Australia (Rp265,7 miliar) untuk membentuk tim "bantuan cepat" guna merespons krisis keamanan siber di wilayah Pasifik, serta 16,7 juta dolar Australia untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan siber di Kepulauan Pasifik.
Peningkatan keamanan siber ini dilakukan setelah Australia dan Amerika Serikat berkomitmen bulan lalu untuk mendanai dua kabel bawah laut baru yang akan diimplementasikan oleh Google di Kepulauan Pasifik, dengan tujuan meningkatkan konektivitas untuk delapan negara kepulauan terpencil.
Menteri untuk Pasifik, Pat Conroy, menyatakan bahwa tim respons cepat tersebut akan "membangun ketahanan jangka panjang di Pasifik" dan memberikan dukungan kritis.
BACA JUGA:
Tahun lalu, pemerintah, rumah sakit, dan pengadilan Vanuatu terkunci dari sistem komputer dan surel selama beberapa minggu oleh seorang peretas, hanya beberapa hari setelah pemilihan umum baru dilakukan, dan Australia mengirimkan ahli keamanan untuk memberikan bantuan.
Pemerintah Fiji mengumumkan pada Selasa 21 November bahwa jaringan kabel bawah laut baru yang akan diimplementasikan oleh Google, menghubungkan Amerika Serikat dan Australia melalui Fiji, akan membawa investasi sebesar 89 juta dolar AS (Rp1,3 miliar) ke Fiji dan akan melihat pembangunan pusat data Tier 3 pertama di Kepulauan Pasifik.
Kabel bawah laut kedua akan menghubungkan Amerika Serikat dan Australia melalui Polinesia Prancis.