Kaspersky: Selain untuk Kejahatan, AI Juga dapat Melengkapi Tim Keamanan Siber
Ilustrasi kecerdasan buatan (foto: Freepik)

Bagikan:

JAKARTA - Baru-baru ini peneliti Kaspersky mengungkapkan bahwa penjahat siber sering kali memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk melancarkan aksi jahatnya.

Tapi di sisi lain, Saurabh Sharma, Peneliti Keamanan Senior untuk Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Asia Pasifik di Kaspersky, juga mengungkapkan di mana tim keamanan siber pun dapat memanfaatkan AI untuk kebaikan.

Sebuah penelitian dari ZDNET tahun lalu, menyebutkan kawasan Asia Pasifik mengalami kekurangan 2,1 juta profesional keamanan siber, dan perlu memenuhi kesenjangan talenta keamanan siber sebesar 52,4 persen seiring dengan penggerak ekonomi digitalnya.

"Kebutuhan mendesak ini dapat mendorong tim keamanan TI untuk mempertimbangkan penggunaan mesin pintar dalam meningkatkan pertahanan siber organisasi mereka dan AI dapat membantu di bidang-bidang utama seperti intelijen ancaman, respon insiden, dan analisis ancaman,” kata Sharma dalam keterangan tertulis yang diterima.

Sharma mengatakan, algoritma AI dapat digunakan untuk mengakses dan menganalisis penelitian yang diterbitkan sebelumnya serta taktik, teknik, dan prosedur (TTP) yang telah dilihat sebelumnya, yang mengarah pada potensi ancaman dengan cepat.

Lebih lanjut, AI dapat menyarankan anomali dalam kumpulan log yang disediakan, memahami log peristiwa keamanan, menghasilkan tampilan log peristiwa keamanan tertentu, dan merekomendasikan langkah-langkah untuk mencari implan awal.

Namun Sharma menyoroti keterbatasan AI dalam membangun dan memelihara pertahanan siber:

  • Untuk fokus pada penambahan tim dan alur kerja yang ada
  • Transparansi harus menjadi bagian dari eksplorasi dan penerapan AI Generatif, terutama ketika itu memberikan informasi yang salah
  • Semua interaksi dengan AI Generatif harus dicatat, tersedia untuk ditinjau, dan dipertahankan selama masa pakai produk yang diterapkan di perusahaan

“Jika dimanfaatkan secara efektif, teknologi ini juga dapat mengurangi kebutuhan keterampilan bagi analis keamanan, namun organisasi harus ingat bahwa mesin pintar dapat menambah dan melengkapi bakat manusia, namun tidak menggantikannya,” tambahnya.