Bagikan:

JAKARTA - Pada Rabu, 26 Juli Selandia Baru mengumumkan akan meningkatkan pertahanan siber dengan mendirikan badan pusat untuk memudahkan masyarakat dan bisnis mencari bantuan saat terjadi intrusi jaringan.

Pemerintah akan menggabungkan Tim Respons Darurat Komputer Selandia Baru ke Pusat Keamanan Siber Nasional, yang diharapkan akan membantu meningkatkan respon terhadap insiden siber.

"Menghadapi ancaman keamanan siber yang semakin meningkat dalam skala dan kompleksitas, Selandia Baru perlu menetapkan badan tunggal yang memberikan nasihat berwenang dan menangani insiden di setiap tingkat ancaman, yang merupakan praktik terbaik tingkat internasional," kata Menteri Layanan Publik Andrew Little dalam sebuah pernyataan.

Data resmi menunjukkan bahwa sekitar 5,8 juta dolar Selandia Baru (sekitar Rp54,2 miliar) kerugian keuangan langsung akibat insiden siber dilaporkan pada kuartal pertama tahun ini, meskipun pemerintah mengatakan bahwa skala sebenarnya dari kerugian terhadap ekonomi mungkin kurang dilaporkan.

Selandia Baru mengalami peningkatan peretasan online baru-baru ini, yang mendorong bank sentral negara itu pada bulan Mei untuk mengusulkan pengumpulan data keuangan tentang insiden siber untuk lebih memahami risiko keamanan siber di sektor keuangan.

Bulan lalu, penyedia solusi pembayaran Smartpay Holdings menghadapi serangan ransomware, menjadi serangan siber terbaru terhadap perusahaan-perusahaan di Selandia Baru dan Australia tetangganya.