Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengatakan ransomware telah berkembang selama lima tahun terakhir dari ancaman terhadap individu hingga bahaya serius terhadap jaringan perusahaan dan nasional. 

Serangan ransomware yang baru-baru ini dikonfirmasi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terhadap Pusat Data Nasional  Sementara (PDNS) ini pun telah meningkatkan kekhawatiran keamanan siber. 

Karena pasalnya, Pusat Data Nasional Sementara ini merupakan kumpulan pusat data yang digunakan bersama oleh instansi pusat dan pemerintah daerah, dan saling terhubung satu sama lain.

“Dengan munculnya kembali dugaan insiden siber ransomware yang menyasar lembaga-lembaga penting dalam negeri, terbukti bahwa pelaku di baliknya semakin memfokuskan sasarannya,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky menanggapi isu ini. 

Yeo mengungkapkan pentingnya bagi dunia usaha untuk mempertimbangkan teknologi keamanan siber yang memberikan efektivitas anti-ransomware mutlak dalam pengujian pihak ketiga. 

Karena menurutnya, tidak semua solusi keamanan siber diciptakan dengan fungsi dan kemampuan yang sama. Kaspersky juga meyakini pentingnya pertukaran intelijen antar institusi publik dan swasta. 

“Pengembangan undang-undang yang relevan, dan kolaborasi erat dalam keamanan siber dapat meningkatkan pertahanan siber suatu negara secara signifikan,” pungkas Yeo. 

Kendati demikian, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan BSSN dan Telkom Sigma mengatakan masih berupaya memulihkan layanan sistem PDNS 2.

Hingga saat ini, Dirjen Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan mengaku sudah ada 3 layanan yang sudah berangsur pulih diantaranya layanan keimigrasian, layanan perizinan event Kemenkomarves dan layanan LKPP.