Kontroversi CEO OpenAI: Perdebatan Kunci dalam Pengembangan Kecerdasan Buatan
OpenAI, pengembang kecerdasan buatan yang mulai ditakuti manusia. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Pemcatan Sam Altman, CEO OpenAI, yang terkenal sebagai otak di balik chatbot ChatGPT, memunculkan pertentangan mendasar tentang keamanan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Perbedaan paham antara kelompok yang mendukung pengembangan cepat dan publikasi AI, seperti yang dipegang Altman, dengan kelompok yang mendukung pengujian menyeluruh di laboratorium, menjadi sorotan utama.

Altman, dipecat Jumat lalu, dianggap sebagai wajah manusia dari kecerdasan buatan generatif. Beberapa pihak khawatir bahwa perangkat lunak super cerdas seperti ChatGPT bisa menjadi tidak terkendali, membawa potensi bencana. Ini mencerminkan kekhawatiran di kalangan penggiat "efektif altruisme," yang menginginkan kemajuan kecerdasan buatan yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Pertentangan serupa muncul dalam pengembangan mobil otonom, yang juga dikendalikan oleh AI. Sebagian pengembang menyatakan perlunya melepas mobil otonom di lingkungan perkotaan untuk memahami kemampuan dan kekurangannya, sementara yang lain menganjurkan kewaspadaan terhadap risiko yang tidak terduga.

Ouster Altman mengangkat keprihatinan tentang keamanan karena OpenAI baru-baru ini mengumumkan produk-produk baru, termasuk versi ChatGPT-4 dan agen virtual. Ilya Sutskever, ilmuwan utama OpenAI yang menyetujui pemecatan Altman, merasa perangkat lunak OpenAI diperkenalkan terlalu cepat kepada pengguna, dapat mengorbankan keselamatan.

Sutskever menyampaikan kekhawatiran dalam blog pada Juli, menyatakan ketidakmampuan manusia untuk mengawasi AI yang lebih cerdas. Altman, meskipun OpenAI awalnya didirikan sebagai organisasi nirlaba untuk mencegah motivasi keuntungan, membantu menciptakan entitas berorientasi keuntungan dalam perusahaan.

Pentingnya nasib OpenAI menjadi fokus, dipandang krusial dalam pengembangan AI. Altman, seorang tokoh kunci dalam merilis ChatGPT pada November tahun lalu, menarik investasi besar, termasuk 10 miliar dolar AS (Rp154 triliun) dari Microsoft ke OpenAI. Diskusi untuk mengembalikan Altman ke jabatannya berakhir tanpa kesepakatan.

Penggantian CEO interim oleh Emmett Shear, mantan kepala platform Twitch, menunjukkan dorongan untuk melambatkan pengembangan AI. Dalam sebuah posting September, Shear mengadvokasi perlambatan jika kita berada pada kecepatan 10 saat ini, menginginkan pengurangan ke 1-2.

Saat regulator berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan AI, perdebatan tentang arah pengembangan kecerdasan buatan yang aman untuk kemanusiaan menjadi semakin mendalam. Sementara kebanyakan orang menggunakan perangkat lunak generatif AI, seperti ChatGPT, sebagai pelengkap pekerjaan mereka, kekhawatiran terus berkembang tentang kemungkinan munculnya kecerdasan buatan umum (AGI) yang dapat melakukan tugas kompleks tanpa pemicu.

Dalam konteks ini, OpenAI menghadapi tantangan berat ke depan, dengan pertanyaan kritis tentang apakah pengembangan kecerdasan buatan harus terus dipercepat atau dilambatkan untuk memastikan keselamatan dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.