Bagikan:

 

JAKARTA – Selama ini, para peneliti dilanda kesulitan dalam memetakan gunung es besar. Mereka susah membaca radar dari Sentinel-1, satelit yang dioperasikan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Hal ini terjadi karena kondisi lingkungannya yang kompleks hingga gambar antara gunung es dan es di laut sulit untuk dibedakan. Namun, masalah ini telah teratasi setelah mereka memanfaatkan neural network atau jaringan saraf.

Dari laporan ESA, para peneliti kini mampu memetakan garis besar gunung es dengan bantuan jaringan saraf yang diberi nama U-net. Metode Kecerdasan Buatan (AI) ini bahkan berhasil memetakan gunung es besar hanya dalam 0,01 detik.

“Kemampuan memetakan luas gunung es secara otomatis dengan peningkatan kecepatan dan akurasi akan memungkinkan kita mengamati perubahan area gunung es untuk beberapa gunung es raksasa dengan lebih mudah,” kata Peneliti Anne Braakmann-Folgmann, dikutip VOI dari rilis ESA.

Cepatnya pendeteksian gambar ini terjadi karena jaringan saraf mampu memahami hubungan non-linier yang rumit. Sistem dari AI ini juga mampu mempertimbangkan konteks dari gambar dengan sangat baik.

Untuk memetakan gunung es, U-net akan menganalisis gambar yang dihasilkan dari citra satelit Sentinel-1. Sejauh ini, U-net telah dicoba ke tujuh gunung es dengan ukuran minimum seluas Bern dan ukuran maksimum seluas Hong Kong.

Akurasinya menunjukkan 99 persen. U-net berhasil membantu para peneliti dan kemampuannya telah melampaui sistem pembaca citra Sentinel-1 sebelumnya. Model AI ini bekerja 10.000 kali lebih cepat dibandingkan manusia saat memetakan gunung es.

Dengan akurasi 99 persen, model baru ini dikatakan melampaui upaya otomatisasi sebelumnya, yang sering kali kesulitan membedakan antara gunung es dan es laut serta fitur lainnya. Ia juga 10.000 kali lebih cepat dibandingkan manusia dalam memetakan gunung es.