JAKARTA - Para pemimpin Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) berkumpul di Albuquerque International Balloon Fiesta saat gerhana matahari terjadi. Para pemimpin ini berencana membuat pengamatan matahari sendiri.
Bekerja sama dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), NOAA aka bekerja dengan mitra Eropa untuk membangun sistem yang bisa mengamati matahari dari berbagai perspektif.
Mengutip dari Spacenews, Asisten Menteri Perdagangan untuk Pengamatan dan Prediksi Lingkungan Michael Morgan mengatakan, mereka sedang merancang model untuk pengamatan ini.
Nantinya, mereka bisa meningkatkan prakiraan aktivitas matahari dan dampaknya bagi Bumi.
NOAA sendiri telah merancang beberapa alat pengukuran aktivitas matahari sebelumnya, yaitu Compact Coronagraph pertama dan kedua.
Compact Coronagraph telah diluncurkan pada bulan April dengan roket Falcon Heavy, sementara Compact Coronagraph kedua dijadwalkan meluncur pada tahun 2025.
Kedua alat ini akan mengamati atmosfer luar matahari dan lontaran massa korona (CME).
NOAA pun tidak bisa mengandalkan salah satu untuk mendapatkan peringatan cuaca luar angkasa. Mereka memerlukan dua Compact Coronagraph sekaligus.
Sementara itu, hasil kemitraan NOAA dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) akan memberikan pengamatan tambahan untuk jilatan api matahari dan CME. Mengingat aktivitas matahari cukup mengancam kepentingan global, Amerika Serikat (AS) tidak bisa bekerja sendiri. mereka membutuhkan ESA.
BACA JUGA:
ESA akan meluncurkan misi Vigil yang disebut dengan Lagrange. Misi ini akan memulai perjalanan ke Lagrange Point 5 di tahun 2029 dan hasil pengamatannya akan melengkapi pengukuran misi Space Weather Follow On-Lagrange 1 (SWFO L-1)
“Jika digabungkan, keduanya akan memberi kita perspektif multidimensi. Kita akan mengetahui apakah dan kapan CME akan menghantam bumi,” kata Koordinator Program Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA Bill Murtagh.