JAKARTA - Google dan Huawei memang sedang tidak akrab dalam beberapa bulan terakhir. Terlebih hubungan keduanya memanas setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi perdagangan kepada Huawei dan membuat mereka tak bisa lagi berbisnis.
Alhasil smartphone terbaru dari Huawei pun sempat tidak akan mendapatkan layanan vital dari Google. Hal ini memaksa Huawei untuk mengembangkan perangkat multiplatform OS buatannya sendiri.
Melansir dari BBC, Google akhirnya angkat bicara dan membeberkan masalah apa yang terjadi dengan Huawei selama ini. Termasuk alasan mengapa Google melarang pengguna smartphone Huawei meng-instal aplikasi milikinya.
Dalam keterangan resminya, Direktur Hukum Android & Play, Tristan Ostowski menjelaskan bagaimana Huawei masuk dalam daftar Entity yang melarang semua perusahaan AS termasuk Google untuk bekerjasama dengan Huawei. Hal ini pula yang membuat perangkat Huawei tidak akan mendapat dukungan aplikasi dari Google seperti Gmail, Google Maps dan Play Store serta lainnya.
"Pada 16 Mei 2019, pemerintah AS menempatkan Huawei pada 'Entity List'. Tindakan pemerintah ini melarang semua perusahaan AS, termasuk Google, untuk berkolaborasi dengan Huawei. Ini berarti bahwa Google dilarang bekerja dengan Huawei pada model perangkat baru atau menyediakan aplikasi Google termasuk Gmail, Maps, YouTube, Play Store, dan lainnya untuk memuat atau mengunduh di perangkat ini," tulis Google.
Karena pembatasan ini, gawai Huawei yang dirilis setelah 16 Mei 2019 tidak akan mendapat dukungan aplikasi dari Google. Termasuk pemindai malware yang disematkan pada Google Play Protect.
"Consumers need a secure, reliable, and Glocal application ecosystem. Huawei can do it - President of Global Partnerships and Eco-developement, Yanmin Wang says. With #AppGallery we work with developers to maximise innovation and results. #TOGETHERConnectingPossibilities #HDD pic.twitter.com/HrXuA0Adq8
— Huawei Mobile (@HuaweiMobile) February 24, 2020
Selain itu, aplikasi Google yang dipindahtangankan secara ilegal tidak akan berfungsi pada perangkat Huawei, karena Google tidak mengizinkan aplikasi mereka berjalan pada ponsel yang tidak bersertifikat dan tidak terjamin keamanannya.
Sementara untuk smartphone Huawei yang diluncurkan sebelum tanggal tersebut, tetapi baru dipasarkan di negara lain setelahnya akan dianggap sebagai perangkat baru dan tidak mendapat dukungan Google. Meski begitu Google masih bisa memberikan pengecualian untuk perangkat yang telah dipasarkan di AS, sebelum tanggal 16 Mei 2019.
Untuk memeriksa apakah perangkat Anda bersertifikat, bisa dengan membuka aplikasi Google Play Store di ponsel Android, ketuk Menu dan cari Pengaturan. Selanjutnya akan muncul keterangan apakah perangkat telah disertifikasi di bawah Play Protect sertifikasi. Atau dapat dipelajari lebih lanjut di android.com/certified.
Meskipun larangan itu sendiri relatif mudah dipahami, hal ini menjelaskan mengapa perangkat lunak Google dan aplikasi yang ditemukan di Play Store tidak tersedia pada model perangkat Huawei yang baru. Tak satu pun dari ponsel itu dapat disertifikasi, dan karenanya Google tidak dapat mengizinkan pengguna untuk memuat atau memotong aplikasi ke dalamnya.
Sebelumnya, Huawei pun sempat membantah telah melakukan kesalahan yang mungkin telah menempatkannya di hadapan pihak otoritas AS, dan percaya pembatasan tersebut dirancang untuk melindungi perusahaan teknologi AS dari persaingan ketat.
Huawei menyebut tuduhan itu seperti pemerasan dan mencuri rahasia dagang. Wood pun mengungkapkan,"Konsumen mengerti bahwa Huawei terjebak dalam ketegangan geopolitik antara AS dan China saat ini."
Perlu diketahui, Huawei tetap menjadi salah satu produsen smartphone teratas di dunia dengan menguasai pasar 15 sampai 20 persen yang menempatkannya di belakang Apple dan Samsung.