JAKARTA - Seorang trader kripto yang dikenal dengan nama Bluntz merasa skeptis terhadap lonjakan terbaru yang mendorong Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) naik lebih dari 5%.
Dalam komentarnya kepada pengikutnya di media sosial, Bluntz menyatakan bahwa dua aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ini masih memiliki potensi penurunan yang lebih besar.
Bluntz, yang menggunakan analisis teknis dengan menerapkan teori Elliott Wave, mengungkapkan bahwa ia belum yakin bahwa lonjakan ini akan menjadi titik terendah bagi BTC atau ETH. Ia berpendapat bahwa kemungkinan perlu ada penurunan lain untuk menyelesaikan gelombang C ke-5 sebelum ia akan dengan senang hati menyebutnya sebagai titik terendah.
BACA JUGA:
Dalam analisisnya, Bluntz juga merinci ramalannya tentang harga Ethereum. Ia menyatakan bahwa ETH mungkin akan mencapai harga 1.450 dolar AS (Rp22 jutaan) sebagai bagian dari penyelesaian pola lima gelombang. Pola ini terkait dengan pola tiga gelombang yang lebih besar (A, B, C) yang juga menunjukkan tren menurun.
Bluntz menjelaskan bahwa satu-satunya hal yang dapat membatalkan prediksinya yang cenderung bearish ini adalah jika harga ETH tembus 1.804 dolar AS (Rp27,5 jutaan) atau jika harga BTC melampaui 28.770 dolar AS (Rp438 jutaan), karena hal ini menandakan bahwa gelombang keempat tidak akan memasuki wilayah gelombang pertama.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan pada 27.385 dolar AS atau setara Rp417.534.987, sementara Ethereum diperdagangkan di harga sekitar 1.719 dolar AS (Rp26,2 jutaan). Trader kripto seperti Bluntz terus melakukan analisis teknis untuk mencoba memahami pergerakan pasar yang kompleks ini.