JAKARTA - Saham chip perusahaan China mengalami kenaikan pada Rabu 30 Agustus setelah Huawei Technologies meluncurkan ponsel terbaru mereka, Mate 60 Pro. Investor berspekulasi bahwa ponsel ini mungkin menggunakan chip yang mampu mendukung teknologi 5G. Jika benar, maka hakl ini akan menjadi keuntungan bagi sektor semikonduktor lokal China.
Sejak tahun 2019, Washington telah membatasi Huawei untuk membeli chip dan perangkat lunak canggih dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, yang telah merusak bisnis elektronik konsumen mereka dan hanya memungkinkan mereka meluncurkan model-model 5G terbatas dengan menggunakan stok chip yang telah diakumulasi.
Firma riset memberi tahu Reuters bulan lalu bahwa mereka percaya Huawei sedang merencanakan kembali ke industri smartphone 5G dengan mendapatkan chip secara domestik, menggunakan kemajuan mereka sendiri dalam alat desain semikonduktor serta pembuatan chip dari Semiconductor Manufacturing International Co (SMIC). Sementara saat ini, Huawei menolak untuk berkomentar tentang hal itu.
Pada Selasa, 29 Agustus, perusahaan ini mulai menjual Mate 60 Pro sekitar tengah hari dengan cara yang tidak biasa, tanpa pemberitahuan sebelumnya atau melakukan iklan. Karyawan di Huawei dan personel penjualan di toko-toko di Beijing dan Shenzhen juga memberi tahu Reuters bahwa mereka kaget dengan peluncuran tersebut.
Spesifikasi yang diberikan untuk Mate 60 Pro menunjukkan kemampuannya untuk melakukan panggilan satelit, tetapi tidak memberikan informasi tentang kekuatan chipset di dalamnya.
Meskipun demikian, pengguna online yang berhasil membeli ponsel mulai memposting video di mana mereka melakukan tes yang mereka klaim menunjukkan bahwa ponsel ini dapat mencapai kecepatan jaringan dari ponsel dengan chipset 5G serta tangkapan layar yang menunjukkan penggunaan chip Kirin 9000s.
Peluncuran ponsel ini juga menjadi topik paling banyak dicari di Weibo, versi China dari platform X, pada Rabu, dengan warganet yang bersemangat mengatakan bahwa peluncuran ini menandai pengatasi pembatasan dari Amerika Serikat.
Sebagai indikasi bahwa ponsel-ponsel tersebut terjual dengan cepat, pada sore hari situs web Huawei menyatakan bahwa pembeli hanya akan dapat menerima ponsel mereka pada tanggal 17 September.
Huawei, yang mengalami masalah dengan Washington dan menjadi titik perdebatan penting dalam hubungan AS-China, menolak untuk berkomentar apakah ponsel ini mendukung 5G, tetapi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa seri Mate 60 adalah model Mate paling kuat yang pernah ada.
Peluncuran Mate 60 Pro juga bertepatan dengan kunjungan Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, ke China. Pada Selasa lalu, dia mengatakan bahwa AS telah menolak permintaan dari China untuk mengurangi kontrol ekspor terhadap teknologi.
Sektor semikonduktor China melonjak lebih dari 2,5% pada Rabu, sehingga kenaikan mingguan mencapai sekitar 8%. China Semiconductor Manufacturing International Corp naik sekitar 10% dalam seminggu.
Investor ritel, Lu Deyong, mengatakan bahwa dia membeli saham di perusahaan semikonduktor Sai MicroElectronics Inc, yang memiliki koneksi bisnis dengan Huawei, dan Indeks STAR 50 yang berfokus pada teknologi, setelah peluncuran ponsel Huawei yang baru.
BACA JUGA:
"Saham naik dan saya melihat bahwa sejumlah besar uang mengalir masuk, yang menunjukkan sikap yang sangat baik terhadap peluncuran dan teknologinya," kata Lu. "Saya tidak bisa mengonfirmasi apakah teknologinya autentik, tetapi saya berharap demikian."
Nicole Peng, Wakil Presiden Senior Mobilitas di Canalys, mengatakan bahwa akan menjadi penting bagi Huawei untuk memberikan klarifikasi tentang teknologinya, mengingat tingginya minat pasar.
"Jika memang benar bahwa Huawei mampu mengembangkan SoC (sistem-on-chip) 5G sendiri yang melebihi timeline pengembangan saat ini dalam industri, itu menandakan lonjumannya dalam kemampuan R&D-nya. Ini menciptakan gangguan besar bagi industri semikonduktor terutama bagi para pesaingnya," kata Peng.
"Di sisi lain, keraguan seputar kemampuan Huawei untuk mengembangkan SoC 5G dan ketidakjelasannya tentang produk dan peluncuran bisa merugikan kredibilitasnya dalam jangka panjang. Ini bisa berbalik buruk jika klaim tersebut palsu," tambah Peng.