Serangan Siber dari China Retas Akun Email di 25 Organisasi, Termasuk Pemerintah Barat
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan (foto: twitter@JakeSullivan46)

Bagikan:

JAKARTA - Para peretas yang dicurigai terkait dengan pemerintah China secara diam-diam mengakses akun email di sekitar 25 organisasi. Pertasan ini termasuk dilakukan di lembaga pemerintah, dan dilakukan dalam kampanye siber mata-mata yang luas. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh pihak Microsoft pada Rabu, 12 Juli.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mendeteksi adanya pelanggaran pada akun-akun pemerintah federal "dengan cukup cepat" dan berhasil mencegah pelanggaran lebih lanjut.

Kelompok peretasan yang oleh Microsoft disebut Storm-0558 memalsukan token otentikasi digital untuk mengakses akun webmail yang menggunakan layanan Outlook milik perusahaan tersebut, demikian yang disampaikan oleh Microsoft dalam pernyataan di situs webnya. Aktivitas ini dimulai pada bulan Mei.

"Pada saat mendeteksi adanya aktivitas yang diduga dari aktor negara, Microsoft telah menghubungi langsung semua organisasi yang menjadi target atau yang mengalami kompromi melalui administrator tenant mereka, dan memberikan informasi penting untuk membantu mereka menyelidiki dan merespons," tambah pernyataan tersebut, yang dikutip Reuters.

Microsoft tidak menyebutkan organisasi atau pemerintah mana yang terkena dampaknya, namun menambahkan bahwa kelompok peretasan tersebut terutama menargetkan entitas di Eropa Barat.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adam Hodge, mengatakan bahwa penyusupan keamanan awan Microsoft telah "mempengaruhi sistem yang tidak diberi klasifikasi", tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.

"Pejabat-pejabat segera menghubungi Microsoft untuk mencari sumber dan kerentanan dalam layanan awan mereka," tambahnya.

Kedutaan China di London belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar melalui surel. Biasanya, Beijing secara rutin membantah terlibat dalam peretasan.