Bagikan:

YOGYAKARTA – Tahukah Anda, Satelit Indonesia Raya (SATRIA)-1 yang dimiliki oleh Indonesia telah mengorbit. Satelit buatan tersebut akan membantu meningkatkan jangkauan layanan internet di daerah 3 T. Yang kemudian jadi pertanyaan adalah, apa bahan bakar satelit hingga mampu mengorbit dalam jangka waktu yang lama?

Apa Bahan Bakar Satelit?

Patut diketahui bahwa satelit buatan adalah teknologi yang diciptakan oleh manusia yang diluncurkan ke luar angkasa untuk tujuan tertentu. Kebanyakan, satelit digunakan untuk kepentingan penelitian, prakiraan cuaca, hingga penunjang telekomunikasi.

Secara umum satelit buatan akan bergerak mengelilingi planet, dalam hal ini bumi, edngan ketinggian yang berbeda-beda. Agar bisa bergerak mengelilingi bumi atau mengorbit, satelit buatan akan diluncurkan menggunakan sarana roket hingga ketinggian tertentu. Setelah satelit buatan keluar dari atmosfir bumi, roket akan melepaskan satelit ke orbit bumi.

Dikutip dari situs resmi National Environmental Satellite, Data, and Information Service (NESDIS), dalam mempertahankan orbitnya, satelit memanfaatkan dua faktor yakni kecepatan dan tarikan gravitasi bumi. Semakin dekat jalur orbit satelit ke bumi, maka dibutuhkan kecepatan yang tinggi untuk menahan gaya tarik bumi.

Yang harus digaris bawahi adalah bahwa satelit memang membutuhkan bahan bakar, sehingga satelit buatan tetap membawa bahan bakarnya sendiri. Namun bahan bakar yang dibutuhkan pada satelit berbeda seperti bahan bakar yang digunakan pada kendaraan di bumi seperti mobil atau kendaraan bermotor lainnya. Bahan bakar satelit berfungsi untuk mempertahankan kecepatan orbit, mengubah orbit, hingga menggeser arah orbit demi menghindari tabrakan dengan benda luar angkasa.

Bahan bakar satelit buatan yang mengorbut bumi sendiri memakai racikan bahan bakar sendiri atau oksidator hipergol. Khusus satelit yang ada di orbit geostasioner bahan bakar yang dipakai adalah Monomethylhydrazine (MMH) sebagai bahan bakar dikombinasikan dengan Nitrogen Textroxide (N2O4) sebagai oksidator. Selain itu ada pula Reaction Engine Assemblies (REA) yang dipakai untuk manuver satelit sehingga dapat melakukan pengubahan orbit.

Secara umum prinsip dasar yang harus diketahui terkait bahan bakar roket ialah bahwa bahan bakar yang dipakai harus mampu menghasilkan reaksi kimia, kemudian menghasilkan gaya dorong sehingga beban roket mampu terangkat atau terdorong.

Jika bahan bakar satelit mulai menipis atau habis, maka satelit sudah memasuki masa pensiunnya atau purnatugas. Meski demikian bukan berarti ilmuan di bumi akan mencampakannya begitu saja. Ilmuwan akan mengubah orbit satelit dengan bahan bakar yang tersisa lalu ke arah kuburan orbit, jaraknya sekitar 300 Km di atas orbit geostasioner. Seluruh mesin dan sistem elektronik akan dimatikan dari bumi.

Selain itu ada pula satelit yang akan disingkirkan dari orbitnya setelah pensiun dengan cara didorong keluar orbit sejauh-jauhnya sampai bahan bakar benar-benar habis, baru kemudian satelit dimatikan.

Satelit yang pensiun bisa pula dijatuhkan ke bumi, ke area yang tidak dihuni oleh satu makhluk hidup pun yakni Kutub Kelautan. Letak Kutub Kelautan ada di Pasifik Selatan, tepatnya di antara Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan.

Penyingkiran satelit pensiun keluar orbit memang sengaja dilakukan agar tidak bertabrakan dengan satelit buatan lain yang masih aktif.

Itulah jawaban atas pertanyaan apa bahan bakar satelit. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.