Bagikan:

JAKARTA - Twitter sepertinya membuat masalah baru dengan penggunanya, di mana tweet yang sudah dihapus tiba-tiba dipulihkan pada akun mereka.

Salah satu korban dari bug Twitter ini merupakan pengembang sumber terbuka dan pakar keamanan Richard "Dick" Morrell, mengungkapkan sebanyak 34 ribu tweet-nya muncul kembali.

"November lalu, saya menghapus semua Tweet saya. Setiap. Saya kemudian menjalankan Redact dan menghapus semua suka, media, dan retweet saya. 38k tweet hilang. … Bangun hari ini untuk menemukan 34k di antaranya dipulihkan oleh Twitter , yang mungkin membuat cadangan server farm," ujar Morrell dalam akun Mastodon-nya, dikutip dari ZDNet, Selasa, 23 Mei.

Tentu saja, Morrell tidak senang akan hal ini. Dan bahkan, sebanyak 400 orang juga memberitahu dirinya bahwa mereka juga menjadi korban bug tersebut.

Morrell memperkirakan, satu juta tweet juga dipulihkan yang dimiliki oleh orang terdekatnya. Mereka juga melihat tweet yang dihapus dari November 2022 dan muncul kembali sebelumnya.

"Saya cukup yakin mereka telah memulihkan cold storage karena semua tweet yang dipulihkan memiliki karakteristik tanggal-waktu," spekulasi Morrell terhadap bug tersebut.

Selain mereka, salah satu jurnalis The Verge juga merasakan hal serupa. Awal bulan ini, James Vincent yakin telah menghapus semua tweet-nya kurang dari 5 ribuan. Namun, pagi ini dia menemukan Twitter sudah mengembalikan beberapa tweet lamanya.

Awal tahun ini pada tanggal 8 Mei saya menghapus semua tweet saya, kurang dari 5.000 di antaranya. Saya tahu hari tepatnya karena saya men-tweet tentang itu .

"Saya ingat mengamati garis waktu kosong saya dengan puas sebelum berpikir, 'hebat, saatnya untuk menarik perhatian pada diri saya sendiri'. Tapi sekarang mereka kembali," ungkap Vincent.

"Anda dapat melihatnya dengan menggulir ke bawah garis waktu saya melewati tanggal 8 Mei, dengan lebih banyak lagi yang muncul jika Anda memilih tweet dengan balasan," imbuhnya.

Lebih lanjut, ketika salah seorang pengguna mengonfirmasi penyebab tersebut kepada media sosial milik miliarder Elon Musk itu, dia tidak mendapatkan jawaban, melainkan hanya emoji kotoran.

Menurut Morrell, hal ini tidak dapat dianggap sepele, Twitter bisa saja menghadapi hukuman yang melanggar Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) yang dimiliki Uni Eropa.

"Ini menunjukkan Twitter sama sekali tidak memiliki kendali atas privasi data secara global. Itu melanggar GDPR dalam skala global tanpa pertahanan," tegasnya.