Bagikan:

JAKARTA - Sebuah robot mirip ular sedang dikembangkan NASA untuk meneliti serta mencari kehidupan asing pada bulan Enceladus di Planet Saturnus.

Disebut EELS (Exobiology Extant Life Surveyor), robot otonom yang bergerak sendiri ini terinspirasi oleh keinginan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di lautan yang bersembunyi di bawah kerak es bulan Enceladus.

Robot yang diciptakan oleh peneliti Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA ini dapat menuruni ventilasi sempit di permukaan yang memuntahkan geyser ke luar angkasa itu.

EELS dapat memilih jalur yang aman melalui berbagai medan di Bumi, Bulan, dan jauh di luar, termasuk pasir dan es yang bergelombang, dinding tebing, kawah yang terlalu curam untuk penjelajah, tabung lava bawah tanah, serta ruang labirin di dalam gletser.

“Ini (EELS) memiliki kemampuan untuk pergi ke lokasi di mana robot lain tidak bisa pergi. Meskipun beberapa robot lebih baik di satu jenis medan tertentu atau lainnya, gagasan untuk EELS adalah kemampuan untuk melakukan semuanya,” kata Manajer Proyek EELS dari JPL NASA, Matthew Robinson, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Jumat, 12 Mei.

“Ketika Anda pergi ke tempat-tempat di mana Anda tidak tahu apa yang akan Anda temukan, Anda ingin mengirim robot serbaguna yang sadar risiko yang siap menghadapi ketidakpastian – dan dapat mengambil keputusan sendiri," imbuhnya.

Karena jeda waktu komunikasi antara Bumi dan luar angkasa, EELS dirancang untuk merasakan lingkungannya secara mandiri, menghitung risiko, melakukan perjalanan, dan mengumpulkan data dengan instrumen sains yang belum ditentukan. Ketika terjadi kesalahan, tujuannya adalah agar robot pulih dengan sendirinya, tanpa bantuan manusia.

Lebih lanjut, EELS membuat peta 3D di sekelilingnya menggunakan empat pasang kamera stereo dan lidar, yang mirip dengan radar tetapi menggunakan pulsa laser pendek, bukan gelombang radio.

Dengan data dari sensor tersebut, algoritme navigasi menentukan jalur teraman ke depan. Tujuannya adalah untuk membuat perpustakaan gaits, atau cara robot dapat bergerak sebagai respons terhadap tantangan medan, dari meliuk ke samping hingga meringkuk dengan sendirinya, sebuah gerakan yang oleh peneliti disebut pisang.

Dalam bentuk akhirnya, robot akan berisi 48 aktuator yakni motor kecil yang memberikan fleksibilitas untuk mengambil beberapa konfigurasi. Bekerja seperti sejenis kulit, EELS dapat merasakan seberapa besar kekuatan yang diberikannya di medan.

Hal itu membantunya bergerak secara vertikal di saluran sempit dengan permukaan tidak rata, mengonfigurasi dirinya untuk mendorong dinding yang berlawanan pada saat yang sama seperti pemanjat tebing.

Sebagai informasi, tim peneliti mulai membangun prototipe pertama pada 2019 dan terus melakukan revisi. Sejak tahun lalu, mereka telah melakukan uji lapangan bulanan dan menyempurnakan perangkat keras dan perangkat lunak yang memungkinkan EELS beroperasi secara mandiri.

Dalam bentuknya saat ini, dijuluki EELS 1.0, robot tersebut memiliki berat sekitar 220 pon (100 kilogram) dan panjang 13 kaki (4 meter). Ini terdiri dari 10 segmen identik yang berputar, menggunakan ulir sekrup untuk penggerak, traksi, dan cengkeraman.

Para peneliti JPL NASA telah mencoba berbagai macam sekrup, yakni sekrup plastik cetak 3D berdiameter 8 inci (diameter 20 sentimeter) putih untuk pengujian di medan yang lebih longgar, dan sekrup logam hitam yang lebih sempit dan tajam untuk es.

Robot telah diuji di lingkungan berpasir, bersalju, dan dingin, dari Mars Yard di JPL hingga taman bermain robot yang dibuat di resor ski di pegunungan bersalju California Selatan, bahkan di gelanggang es dalam ruangan setempat. Sayangnya, tanggal peluncurannya belum diumumkan, tetapi diperkirakan akan terjari pada akhir tahun depan.