JAKARTA - Di zaman yang serba digital saat ini, informasi bisa didapatkan oleh siapapun dan kapan pun. Namun, pengolahan dan presentasi lah yang membuat data menjadi berharga.
Netray, sebuah platform kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan teknologi Indonesia bernama PT Atmatech Global Informatika sejak 2017 menjadikan itu sebagai bisnis baru.
Sebagai platform pengolah big data, Netray menyediakan jasa analisis yang bersumber dari pembicaraan netizen, baik yang berasal dari media sosial (Instagram, Twitter, dan Facebook) serta media daring lainnya.
Berasal dari singkatan Internet dan X-ray. Secara pemaknaan, Netray merupakan perusahaan yang memindai atau menganalisis data di Internet.
Hasil analisis dari puluhan sampai jutaan pengguna media kemudian akan tersaji dalam dashboard yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, baik tergambar dalam grafik, narasi, atau lainnl sebagainya.
“Ada klien yang minta keyword secara spesifik, tetapi juga kadang kami beri saran keyword tertentu. Isunya mau tentang apa, kami sarankan keyword-nya a, b, dan c. Ini sekalian bentuk edukasi pada klien,” kata Chief Technology Officer Netray, Linggar Primahastoko, dikutip Senin, 27 Maret.
Selain itu, Netray juga menyediakan analisis secara real time. Dalam politik, metode ini berfungsi untuk melihat elektabilitas calon melalui media sosial atau media online.
Jadi, ketika ditemukan pendapat negatif di sana, para calon dapat melakukan program tertentu agar pendapat tersebut berubah menjadi positif.
Kebutuhan analisis media sosial, terutama dalam pesta politik inilah yang menjadi salah satu pertimbangan PT Atmatech Global Informatika dalam membentuk usahanya.
Mendirikan bisnis ini tidak mudah untuk Netray. Perusahaan bahkan mengaku sempat tidak memiliki klien. Meski demikian, beberapa bulan kemudian project-project mulai berdatangan.
BACA JUGA:
Netray juga menyediakan jasa dwngan model eceran. Maksudnya, klien masih bisa mendapatkan analisis satu keyword untuk satu jenis media sosial dengan harga terjangkau. Sehingga klien yang tetap ingin menggunakan jasa jenis ini tidak merasa berat dalam membayar. Model eceran biasanya dikenakan biaya mulai dari Rp300.000 untuk satu keyword.
Sementara untuk paket yang umum, bahkan dengan spesifikasi yang cukup eksklusif, harganya bisa sekitar Rp70 juta. Namun, biayanya bisa lebih fleksibel dan tak terbatas, tergantung permintaan, kerumitan, sampai kesulitannya.
Meskipun Netray terkadang mengandalkan momen seperti pilkada atau pilpres. Namun, pelebaran pasar mereka ternyata membuat jenis klien semakin beragam. Mulai dari usaha kecil menengah yang ingin analisis pasar secara mandiri, sampai penggunaan big data dalam dunia akademik.
“Klien dari bidang akademik yang tertarik malah dari ilmu sosial. Mereka ingin melihat netizen seperti apa. Kaya dulu pernah riset bagaimana efek sekolah daring dari rumah, dilihat dari media monitoring,” jelas Linggar lebih lanjut.
Melihat pergerakan di masyarakat, Netray tidak hanya ingin menjadi media monitoring, melainkan bisa dalam segala hal tentang analisis big data.
“Bahkan untuk data yang tidak bersumber dari portal yang dikawal Netray, misal instansi punya data besar, Netray bisa bantu menganalisisnya,” ujarnya.
Hal tersebut lah yang kemudian membuat sumber data bisa sangat fleksibel. Terlebih masyarakat semakin sadar penggunaan teknologi seperti ini. Semua kebijakan atau keputusan, saat ini banyak yang berlandasan pada data. Terlebih lagi dengan dukungan artificial intelligence (AI) yang memungkinkan pengolahan data lebih variatif.