Databricks Rilis Kode Open-Source Chatbot, Menantang Dominasi ChatGPT milik OpenAI.
CEO Databricks, Ali Ghodsi, ingin saingi ChatGPT dari OpenAI. (foto: twitter @alighodsi)

Bagikan:

JAKARTA - Startup asal San Francisco, Databricks, yang terakhir kali dinilai senilai  38 miliar dolar AS (Rp576,3 triliun) pada Jumat, 24 Maret merilis kode open-source yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk membuat chatbot mereka sendiri sejenis ChatGPT milik OpenAI.

Kode tersebut adalah model AI, sebuah algoritma yang dilatih pada set data dan dapat belajar dari data baru untuk melakukan berbagai tugas.

CEO Databricks, Ali Ghodsi, mengatakan bahwa rilis ini bertujuan untuk menunjukkan alternatif yang layak dalam melatih jenis model AI yang disebut large language model dengan sumber daya dan daya komputasi yang besar.

Large language model menjadi dasar bagi chatbot ChatGPT yang viral milik OpenAI. OpenAI, yang dinilai senilai  29 miliar dolar AS (Rp439,8 triliun), melatih model AI-nya dengan kumpulan data besar pada superkomputer dari investor Microsoft Corp. "Biaya komputasi yang dibutuhkan "sangat besar", kata CEO OpenAI, Sam Altman, dikutip Reuters.

OpenAI membebankan biaya kepada bisnis untuk mengakses model mereka untuk aplikasi mereka sendiri dan memproyeksikan 1 miliar dolar AS (Rp15,1 triliun) penjualan pada 2024.

Upaya Databricks dilakukan dengan catatan. Ghodsi mengatakan kepada Reuters bahwa meskipun chatbot open-source menampilkan kemampuan yang mengesankan dalam tugas-tugas seperti menyusun posting blog, perusahaan belum merilis tes benchmark formal untuk menunjukkan bahwa bot tersebut sama dengan kinerja ChatGPT.

Databricks menjual perangkat lunak pertambangan dan analisis data berbasis cloud untuk bisnis dan mengatakan tahun lalu telah melebihi 1 miliar dolar AS pendapatan tahunan.

Databricks ingin perusahaan melatih model AI mereka sendiri menggunakan perangkat lunak mereka. Ghodsi mengatakan para peneliti perusahaan telah mengambil model yang berusia dua tahun yang tersedia secara gratis dan melatihnya dengan sedikit data selama tiga jam di komputer tunggal yang dapat disewa oleh siapa saja dengan kartu kredit.

"Masa depan akan menjadi bahwa semua orang memiliki model mereka sendiri, dan mereka benar-benar dapat melatihnya, dan mereka dapat membuatnya lebih baik," kata Ghodsi. "Dan dengan cara itu, mereka juga tidak perlu memberikan data mereka kepada orang lain."

Langkah Databricks dilakukan pada saat startup mengumpulkan jutaan dolar investasi modal ventura untuk melatih model AI mereka dan ketika perusahaan teknologi besar seperti Google milik Alphabet  dan Meta Platforms Inc., berlomba untuk mengecilkan ukuran dan biaya model AI sambil meningkatkan akurasi mereka.

"Keyakinan saya adalah bahwa pada akhirnya, Anda akan membuat model-model ini semakin kecil, semakin kecil, dan mereka akan open-source," kata Ghodsi. "Semua orang akan memiliki mereka."