Bukan Pesawat Alien, Ternyata Oumuamua Hanya Komet Raksasa Bertamu ke Tata Surya Kita
Inilah penampakan t komet Oumuamua. (dok. European Southern Observatory ESO)

Bagikan:

JAKARTA - Komet Oumuamua menjadi objek antarbintang pertama yang mengunjungi Bumi dari Tata Surya lain pada 2017 lalu, dan menjadi perbincangan hangat di kalangan para ilmuwan dalam sejarah.

Oumuamua memiliki daya tarik sendiri bagi para ilmuwan, termasuk akselerasinya yang aneh saat meluncur menjauh dari Matahari. Detail lainnya masih menjadi misteri.

Beberapa orang juga berspekulasi objek tersebut bisa jadi adalah pesawat luar angkasa alien, yang dikirim untuk menyelidiki Tata Surya ini secara diam-diam.

Mirip Komet

Namun, Oumuamua tidak terlalu mirip dengan komet yang biasanya bergerak dari tepi Tata Surya. Benda langit itu tidak memiliki ekor dan dilingkari cahaya kabur, yang dikenal sebagai koma, terbentuk oleh debu dan gas yang dihangatkan oleh panas Matahari.

Bentuknya juga panjang dan kecil aneh, belum pernah diamati sebelumnya pada komet atau asteroid. Diameternya kira-kira 100 meter, mirip ukuran lapangan sepak bola tetapi menurut perkiraan beberapa orang ukurannya 10 kali lebih panjang dari lebarnya, berbentuk seperti kue dadar atau cerutu.

Dan cahaya yang memancar dari objek, terlihat berjatuhan dari ujung ke ujung. Tetapi bagian yang paling aneh adalah begitu Oumuamua meluncur mengelilingi Matahari, ia melesat dan menyimpang dari lintasan yang diharapkan, didorong oleh kekuatan misterius saat keluar dari Tata Surya.

Sebuah hipotesis baru, yang diterbitkan pada 22 Maret di jurnal Nature, memberikan penjelasan berbeda untuk orbit anomali Oumuamua.

Astronom Jennifer Bergner dan Darryl Seligman mengatakan objek sepanjang setengah mil itu hanyalah sebuah komet, tetapi waktunya di ruang antarbintang mengubah chemistry-nya. Alih-alih air menyebabkan tenaga ekstra, Oumuamua melepaskan hidrogen yang hampir tak terlihat.

“Sangat menarik bahwa kami dapat menjelaskan perilaku aneh Oumuamua tanpa perlu menggunakan fisika eksotis apa pun,” ujar Bergner yang juga sebagai ahli astrokimia di University of California, Berkeley dan penulis utama makalah baru tersebut.

Komet adalah bongkahan es dan puing-puing yang tersisa dari proses pembentukan planet, bersembunyi di ujung Tata Surya.

Pada orbitnya yang sangat panjang dan terbentang, mereka sesekali menyelam ke arah Matahari. Di sana, sinar matahari yang cerah menguapkan sebagian es dan debu komet untuk membuat koma kabur dan ekor menyapu.

Mungkin, Oumuamua memulai hidupnya sebagai komet biasa di sekitar bintang lain, yang kaya akan air es sebelum didorong keluar ke ruang terbuka oleh kekacauan Tata Surya muda.

Dalam perjalanannya di antara bintang-bintang, Bergner dan Seligman menyatakan Oumuamua dibombardir dengan partikel energik yang dikenal sebagai sinar kosmik.

Partikel berenergi tinggi itu memutuskan ikatan antara hidrogen dan oksigen dalam molekul air, menciptakan molekul hidrogen yang terperangkap dalam struktur kristal es.

Begitu Oumuamua diayunkan oleh Matahari, panas mengatur ulang kristal esnya, melepaskan molekul hidrogen untuk mendorong interloper antarbintang dan menyebabkan akselerasi yang diamati, hampir seperti pendorong roket.

Melansir Popsci, Jumat, 24 Maret, Oumuamua hanya tidak terlihat untuk waktu yang singkat ketika melintas dalam jarak 15 juta mil dari Bumi pada 2017.

Sekarang, posisi benda langit itu (Komet Oumuamua) berada di pinggiran Pluto, jauh di luar jangkauan. Para ilmuwan berharap teleskop generasi berikutnya, termasuk Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA dan mitra internasionalnya yang baru diluncurkan akan melihat objek tersebut.