Bagikan:

JAKARTA - Komet adalah kejadian yang sering dilihat dan indah di luar angkasa, dan sebuah penelitian baru-baru ini menguraikan rencana bagaimana para ilmuwan dapat menyaksikan komet dibuat secara real-time.

Seperti yang telah terbukti berkali-kali, misteri ruang angkasa terus menarik. Planet-planet di Tata Surya kita memiliki banyak cerita untuk diceritakan, galaksi-galaksi yang jauh menyimpan banyak rahasia lainnya, dan ada dorongan konstan dalam komunitas sains untuk mengungkap sebanyak mungkin rahasia ini.

Berkat teknologi yang terus berkembang, setiap hari membawa kita lebih dekat untuk menjawab pertanyaan yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Pada tahun 2021 saja, ada banyak tonggak sejarah di dunia eksplorasi luar angkasa.

Ketekunan mengumpulkan sampel batuan Mars pertama yang akan dikembalikan ke Bumi, InSight menciptakan peta interior pertama Mars, dan Ingenuity menjadi helikopter pertama yang terbang di planet asing. Dalam konteks itu, hampir tidak terbayangkan untuk memikirkan apa yang akan kita capai dalam 5, 10, atau 50 tahun ke depan.

Berkat sebuah studi baru dari University of Chicago, para peneliti kini telah menguraikan rencana bagi para astronom untuk mengikuti penciptaan komet dari awal hingga akhir. Lebih khusus, penelitian ini menjelaskan bagaimana kita bisa mendokumentasikan penciptaan komet yang terjadi di orbit Jupiter. Seperti yang dijelaskan oleh penulis makalah, Darryl Seligman, "Ini akan menjadi kesempatan luar biasa untuk melihat komet murni 'menghidupkan' untuk pertama kalinya."

Komet dan asteroid berasal dari banyak tempat di Tata Surya kita. Ada sabuk asteroid terkenal di dekat Mars, bersama dengan sabuk Kuiper tepat di luar orbit Neptunus. Salah satu tujuan yang kurang dipahami adalah area antara Jupiter dan Neptunus.

Di antara kedua planet tersebut terdapat sekelompok 'centaurus' — bongkahan es besar yang berasal dari masa-masa awal Tata Surya. Sesekali, centaur ini ditarik ke orbit Jupiter, melesat ke arah Bumi, dan berubah menjadi komet menakjubkan yang meluncur di luar angkasa.

Sementara seluruh proses ini relatif tidak diketahui, Seligman percaya ada cara mudah untuk mendokumentasikannya. Singkatnya, manusia dapat mengirim pesawat ruang angkasa ke Jupiter dan membiarkannya tetap berada di orbitnya.

Kemudian, begitu centaur memasuki orbit dan akhirnya pergi, pesawat ruang angkasa juga bisa meninggalkan Jupiter dan terbang bersama centaur untuk menyaksikan seluruh perjalanannya. Itu mungkin terdengar seperti ide yang tidak masuk akal, tetapi seperti yang dijelaskan oleh penelitian ini, semua teknologi yang dibutuhkan sudah ada.

Pesawat pengorbit Juno milik NASA yang mengorbit Jupiter pada saat ini, dan pesawat ruang angkasa Jepang mengembalikan sampel dari asteroid akhir tahun lalu. Waktunya juga berbaris. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk mendapatkan pesawat ruang angkasa dari Bumi ke orbit Jupiter.

Para ilmuwan telah mengkonfirmasi centaur lain akan memasuki orbit Jupiter pada tahun 2063. Selain itu, ada alasan untuk percaya bahwa 10 centaur lainnya juga dapat memasuki orbit dalam 40 tahun ke depan.

Seiring dengan misi yang secara teknis mungkin, Seligman juga menggunakan penelitian ini untuk menggandakan mengapa sangat penting untuk ditindaklanjuti. Seperti yang dia katakan, "Ini akan menghasilkan harta karun berupa informasi tentang bagaimana komet bergerak dan mengapa, bagaimana tata surya terbentuk, dan bahkan bagaimana planet mirip Bumi terbentuk."

Tidak jelas apakah atau kapan misi seperti ini akan benar-benar terjadi, tetapi kita berharap seseorang di NASA atau organisasi lain, mau mendengarkan apa yang dikatakan Seligman.