Bagikan:

JAKARTA - Memasuki awal tahun, langit Indonesia akan dihiasi oleh hujanan meteor Quadrantid. Pada 4 Januari kemarin, jadi puncak hujan meteor pertama dalam tahun 2020 melewati Indonesia. 

Meski sudah terlewat, namun kalian tidak perlu khawatir karena fenomena langit ini masih bisa teramati hingga 12 Januari 2020 mendatang. Dilansir dari akun Instagram resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), hampir di seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati hujan meteor satu ini. 

"Dalam keadaan ideal malam tak berawan dan gelap sepenuhnya, hujan meteor ini akan menampilkan sekitar 120 meteor setiap jamnya," kata Peneliti LAPAN Gunawan Admiranto dalam keterangannya. 

Waktu paling tepat untuk menikmati fenomena ini adalah dini hari (sekitar pukul 02.46 waktu setempat) hingga Matahari terbit. Untuk mengamati hujan meteor Quadrantid tidak diperlukan binokular atau teleskop, sebab fenomena satu ini bisa terlihat dengan mata telanjang. Caranya dengan menatap langit malam yang gelap di ufuk timur, maka fenomena alam satu ini bisa terlihat sekitar 20-30 menit.

Sayangnya Gunawan mengatakan, kecil kemungkinan langit di Indonesia Bagian Barat dalam keadaan ideal. Sebab Januari adalah bulan musim penghujan sehingga langit biasanya tertutup awan.

"Bulan musim penghujan sehingga langit yang cerah di malam hari sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Masalah lain adalah bahwa (titik) radiant hujan meteor ini berada pada ketinggian 22 derajat dari horizon, sehingga cahaya kota bisa mengaburkan cahaya lintasan meteor," jelas Gunawan.

Namun bila beruntung, fenomena ini bisa teramati dengan mencari radian hujan meteor ini yang berada di konstelasi Bootes. Cara yang mudah untuk menemukannya adalah mencari Big Dipper di utara kemudian ikuti lengkungan gagang Big Dipper yang menuju bintang merah raksasa Arcturus, yang merupakan jangkar bagian bawah Bootes.

Mengutip SciTechDaily, fenomena hujan meteor Quadrantid merupakan hujan meteor yang berasal dari asteroid 2003 EH1, yang diduga merupakan komet punah. Hujan meteor ini pertama kali diamati di Eropa pada tahun 1820-an dan 1830-an.

Hujan meteor Quadrantid juga dikenal karena memiliki pijaran bola api berwarna cerah. Bola Api tersebut didefinisikan sebagai ledakan cahaya dan warna yang dapat bertahan lebih lama dari rata-rata garis meteor.