JAKARTA - Hujan meteor Eta Aquarid akan menghiasi langit malam, tepatnya pada Rabu dini hari. Fenomena langit itu berasal dari kepingan Komet Halley yang menciptakan dua hujan meteor, salah satunya Eta Aquarid, dan Orionid.
Mengutip laman Space, fenomena hujan meteor bisa disaksikan di hampir sebagian negara yang ada di belahan Bumi utara hingga selatan, termasuk Indonesia. Langit malam juga akan disinari terangnya cahaya bulan purnama, pada malam ini.
Tahun ini, hujan meteor Eta Aquarid berlangsung sejak 19 April hingga 28 Mei, dengan puncaknya 5 Mei. Waktu yang paling tepat untuk menyaksikan fenomena langit ini berkisar antara pukul 02.00 hingga 03.00 sebelum fajar tiba.
BACA JUGA:
Di antara waktu tersebut, kita bisa melihat sepercik kilauan yang membentuk garis-garis putih di atas atmosfer Bumi. Hal itu terjadi karena gesekan es dan kepingan asteroid yang menabrak dengan kecepatan hampir 150.000 mil per jam.
Saat hujan meteor Eta Aquarid terjadi, siapapun bisa menyaksikan indahnya garis-garis cahaya di langit malam. Di beberapa negara fenomena ini bahkan sudah bisa disaksikan setelah matahari terbenam dan berlangsung selama beberapa menit.
Untuk memaksimal situasi kala menonton hujan meteori ini, ada baiknya kita berada di tempat yang minim akan cahaya lampu. Pantau pula situs TimeandDate.com, sebagai panduan untuk mencari lokasi hujan meteor yang akan menghiasi langit malam ini.
Bulan Mei nanti akan ada beberapa Fenomena Astronomi yang akan terjadi. Teman-teman dapat mengamati nya dengan mata telanjang maupun menggunakan teleskop di tempat yang terbuka dan gelap. Harus sabar menunggu, kondisi langit sedang cerah dan polusi cahaya yang tidak parah. pic.twitter.com/WiS5psGXyQ
— LAPAN (@LAPAN_RI) May 2, 2020
Serpihan Komet Halley
Fenomena hujan meteor Eta Aquarids, sejatinya tidak dimasukkan dalam daftar asteroid atau benda langit. Sebab sejarah mencatat, kemunculan Eta Aquarids baru ditemukan pada akhir abad ke-19.
Pada tahun 1870, ketika berlayar di Laut Mediterania, Letnan Kolonel GL Tupman melihat 15 meteor pada pagi hari tanggal 30 April, dan 13 lainnya beberapa pagi kemudian. Semua meteor tampaknya berasal dari rasi bintang Aquarius.
Beberapa tahun kemudian, Profesor Alexander Stewart Herschel berhasil menyimpulkan jalur lintasan dari orbit Komet Halley pada 1876. Kala itu dirinya juga menemukan serpihan komet lainnya yang berada di jalur orbit, peristiwa itulah yang menyebabkan sebaran komet berukuran kecil yang terbawa hingga ke bumi.
Penulis David Levy dan Stephen Edberg, mengambarkan fenomena hujan meteor Eta Aquariids layaknya goresan garis putih di langit malam. Ratusan atau bahkan ribuan serpihan asteroid itu menguap cepat hingga fajar tiba.