ChatGPT Makin Canggih, CEO OpenAI Justru Ketakutan!
CEO OpenAI, Sam Altman, mulai khawatir dengan kemampuan ChatGPT. (foto: twotter @sama)

Bagikan:

JAKARTA - CEO OpenAI, Sam Altman, khawatir terhadap ChatGPT yang semakin canggih. Dia menyatakan Kecerdasan Buatan (AI) besutannya itu akan mengubah cara hidup orang.

Altman juga menekankan, bagaimana aktor jahat akan menggunakan teknologi tersebut. Dia memperingatkan akan ada orang lain yang tidak menerapkan batasan keamanan yang ia terapkan.

OpenAI merilis AI chatbot ChatGPT ke publik pada akhir November dan menjadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan cepat dalam sejarah.

Belum lama ini mereka juga meluncurkan penerus yang lebih mumpuni yang disebut GPT-4. Pria berusia sekitar 37 tahun itu mengatakan, regulator dan masyarakat perlu dilibatkan dengan teknologi untuk menjaga dari kemungkinan konsekuensi negatif bagi umat manusia.

“Kita harus berhati-hati di sini. Saya pikir orang harus senang bahwa kita sedikit takut akan hal ini," ujar Altman dalam wawancaranya kepada ABC News.

“Saya sangat khawatir model ini dapat digunakan untuk disinformasi skala besar. Sekarang setelah mereka menjadi lebih baik dalam menulis kode komputer, [mereka] dapat digunakan untuk serangan cyber ofensif," imbuhnya.

Namun terlepas dari bahayanya, Alman mengungkapkan, ChatGPT juga bisa menjadi teknologi terhebat yang pernah dikembangkan umat manusia.

Ketakutan akan AI yang dihadapi konsumen dan AI secara umum, berfokus pada manusia yang digantikan oleh mesin. Tapi, Altman menunjukkan AI hanya bekerja di bawah arahan, atau masukan dari manusia.

“Itu menunggu seseorang untuk memberikan masukan. Ini adalah alat yang sangat dikendalikan oleh manusia," jelas Altman. Namun dia memiliki kekhawatiran tentang manusia mana yang memiliki kontrol input, seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 20 Maret.

“Akan ada orang lain yang tidak menerapkan batasan keamanan yang kami terapkan. Masyarakat, menurut saya, memiliki waktu terbatas untuk memikirkan bagaimana bereaksi terhadap itu, bagaimana mengaturnya, bagaimana menanganinya," imbuhnya.

CEO Tesla, SpaceX dan Twitter, Elon Musk, salah satu investor pertama di OpenAI ketika masih menjadi perusahaan nirlaba, berulang kali mengeluarkan peringatan di mana AI atau Kecerdasan Umum Buatan (AGI) lebih berbahaya daripada senjata nuklir.

Musk menyuarakan keprihatinan Microsoft, yang menghosting ChatGPT di mesin pencari Bing-nya, telah membubarkan divisi pengawasan etika.

“Tidak ada pengawasan regulasi terhadap AI, yang merupakan masalah utama. Saya telah menyerukan regulasi keamanan AI selama lebih dari satu dekade!," tweet Musk pada Desember lalu.

Musk juga mengkritik perubahan ini, “OpenAI dibuat sebagai open source (itulah sebabnya saya menamakannya “Open” AI), perusahaan nirlaba yang berfungsi sebagai penyeimbang Google, tetapi sekarang telah menjadi sumber tertutup, perusahaan dengan laba maksimum yang dikendalikan secara efektif oleh Microsoft," kata Musk.

Sebagai informasi, OpenAI minggu lalu membagikan dokumen kartu sistem yang menguraikan bagaimana pengujinya dengan sengaja mencoba membuat GPT-4 menawarkan informasi berbahaya.

Seperti cara membuat bahan kimia berbahaya menggunakan bahan dasar dan persediaan dapur, dan bagaimana perusahaan memperbaiki masalah tersebut sebelum peluncuran produk.

“Saya sangat khawatir model ini dapat digunakan untuk disinformasi skala besar. Sekarang setelah mereka menjadi lebih baik dalam menulis kode komputer, [mereka] dapat digunakan untuk serangan siber yang ofensif," tutup Altman.