Bagikan:

JAKARTA - Kabar terbaru mengenai pertukaran kripto FTX dan perusahaan perdagangan saudaranya, Alameda Research, menunjukkan adanya aktivitas transfer dana sebesar 145 juta dolar AS (setara Rp2,2 triliun) ke bursa kripto. Tiga alamat terkait dengan pertukaran kripto yang bangkrut tersebut melakukan transaksi yang mencurigakan.

Namun, hingga berita ini diturunkan, belum jelas apa tujuan dari transfer dana tersebut. Selain itu, FTX juga terus berupaya memulihkan aset perusahaan yang bangkrut dan menghadapi kewajiban mencapai 9 miliar dolar AS (Rp138 triliun).

Menurut firma analitik on-chain bernama Lookonchain pada 14 Maret, alamat tersebut mentransfer 69,64 juta USDT ke alamat baru 0xad6e, yang kemudian mengirim 43 juta USDT ke Binance, Coinbase, dan Kraken. Selain itu, alamat-alamat tersebut juga mentransfer 75,94 juta USDC ke dompet kustodian Coinbase.

Alamat-alamat tersebut sebelumnya digunakan untuk mengumpulkan aset FTX setelah pertukaran kripto tersebut mengalami kebangkrutan pada November 2022. Hingga berita ini diturunkan, belum jelas mengapa perusahaan yang bangkrut melakukan transfer ke bursa kripto tersebut. Beberapa anggota komunitas kripto telah membuat spekulasi tentang alasan di balik transaksi tersebut.

Seiring dengan usaha pemulihan dana FTX, manajemen baru dari pertukaran tersebut terus berupaya untuk memulihkan dan mengkonsolidasikan aset perusahaan yang bangkrut. Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah mengklaim berhasil memulihkan lebih dari 6 miliar dolar AS (Rp92,2 triliun) dalam bentuk uang tunai dan kripto.

Namun, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa kewajiban perusahaan mencapai sekitar Rp138 triliun, sementara perusahaan hanya memiliki 1 Bitcoin sebagai jaminan atas 1.591 Bitcoin yang dimiliki oleh nasabah, menurut laporan CryptoSlate.

Sebagai bagian dari upaya untuk sepenuhnya memulihkan aset perusahaan, manajemen FTX berencana untuk menjual saham senilai 45 juta dolar AS (Rp691 miliar) di perusahaan modal ventura Sequoia Capital kepada Al Nawwar Investments RSC Limited yang berbasis di Abu Dhabi.

Selain itu, perusahaan ini juga mengajukan gugatan terhadap Grayscale Investment untuk membuka kunci Bitcoin dan Ethereum Trust-nya sehingga investor dapat menebus saham mereka dan mengurangi biaya pengelolaan. Terakhir, bursa kripto yang bangkrut tersebut mengusulkan rencana bonus senilai 4 juta dolar AS (Rp61,5 miliar) bagi karyawan dengan "keterampilan unik dan spesialisasi" yang sulit digantikan dan sangat penting dalam kasus perusahaan.