Bagikan:

JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari BYD dalam pembangunan pabriknya di Kota Bahia, Brasil. Otoritas setempat menemukan sebanyak 163 pekerja dari China bekerja layaknya “perbudakan” di lokasi konstruksi pabrik milik perusahaan otomotif tersebut.

Melansir dari Reuters, Kamis, 26 Desember, para pekerja tersebut dipekerjakan di China oleh sebuah perusahaan lain dan dibawa ke Brasil secara tidak layak. Mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang bahkan melebihi waktu yang diizinkan oleh undang-undang setempat sampai tujuh hari dalam seminggu.

Kemudian, para pekerja ini ditemukan dalam kondisi tidak manusiawi serta terdapat pelanggaran ketenagakerjaan lainnya.

Menurut salah satu pengawas ketenagakerjaan, Liane Durao mengatakan setidaknya 107 orang ditahan paspornya oleh atasan dari perusahaan tersebut dan kondisi keselamatannya tidak terpenuhi.

"Kami menemukan sebanyak 163 pekerja ini dilakukan dalam kondisi seperti perbudakan. Kondisi keselamatan minimum tidak terpenuhi di lingkungan kerjanya,” kata Durao.

Selain itu kasus ini juga ramai dibahas di media sosial X.

Dalam sebuah pernyataannya, BYD mengungkap telah memutuskan hubungan dengan perusahaan yang mempekerjakan para pekerja tersebut dan menambahkan pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang dalam memberikan bantuan untuk para pekerja.

Otoritas ketenagakerjaan tidak mengungkapkan nama perusahaan yang terlibat dalam mempekerjakan pekerja tersebut.

Dengan adanya praktik perbudakan dalam pembangunan pabrik BYD di negara tersebut, proyek ini secara resmi dihentikan untuk sementara waktu.

Pabrik ini direncanakan mulai beroperasi pada Maret 2025 mendatang sekaligus menjadi langkah strategis BYD untuk memperluas pasarnya di luar Asia. Sebelumnya, BYD telah menginvestasikan 3 miliar reais (sekitar Rp7,4 triliun) untuk mendukung pembangunan pabrik EV di negeri Samba.