JAKARTA - Direktur Operasi Basarnas Rasman sudah menerjunkan 2.600 personel dalam upaya pencarian dan insiden kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182. Selain bertugas menemukan korban serta serpihan pesawat, personel Basarnas juga mencari black box Sriwijaya Air SJ-182
“Kurang lebih sekitar 2.600 personel yang terlibat langsung atau tak langsung terhadap kegiatan pencarian dan pertolongan,” tegas Rasman, Senin, 11 Desember.
Dalam setiap insiden kecelakaan pesawat terbang, black box merupakan salah satu komponen yang dicari dan bernilai penting. Dari black box ini pula tim gabungan dan penyelidik mampu mengungkapkan penyebab insiden kecelakaan Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 yang terjadi 2018 lalu.
Lalu, mengapa black box pesawat terbang bernilai penting untuk mengungkap penyebab kecelakaan tersebut?
Apa Itu Black Box di Pesawat Terbang?
Melansir Kementerian Pertahanan Australia, Black Box merupakan alat perekaman yang diciptakan oleh Dr. David Warren. Alat ini diciptakan saat Warren masih menjabat sebagai peneliti di Aeronautical Research Laboratory (ARL) pada tahun 1953.
Saat Warren mengembangkan Black Box, masyarakat tengah berduka akibat insiden misterius yang menimpa penerbangan pesawat jet pertama, Comet. Dan bagi Warren, kehadiran alat yang mampu merekam peristiwa di dalam kokpit, maka penyebab dari setiap kecelakaan pun bisa dengan mudah diketahui.
David dan tim –Kenneth Fraser, Lane Sear dan Dr Walter Boswell –menghabiskan beberapa tahun berikut untuk mengembangkan teknologi ini. Hingga model demo pun diproduksi pada tahun 1957.
Meskipun awalnya alat ini tidak mendapat persetujuan dari otoritas penerbangan Austalia, pemerintah Britania Raya menyambutnya. Hingga kemudian Kementerian Penerbangan Britania Raya pun mengembangkan alat tersebut dan mengumumkan agar semua semua pesawat wajib dilengkapi alat ini.
Saat pertama kali dikembangkan, ukuran Black Box lebih besar dan berat. Setelah proses pengembangan lebih lanjut, rata-rata ukuran black box atau kotak hitam saat ini sebesar kotak sepatu. Beratnya mencapai 4,5 kg.
Ada empat komponen utama yang menyusun sebuah black box. Antara lain sasis, suar lokasi bawah laut ULB), inti yang berisi Crash Survivable Memory Unit yang dibuat dari baja nirkarat, chip rekaman sebesar kuku jari di dalam papan sirkuit yang bisa membantu menentukan penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
BACA JUGA:
Cara Kerja Black Box
Dalam setiap kecelakaan pesawat, banyak pertanyaan yang tak bisa diungkap tanpa mengacu pada black box. Semua jawaban tersimpan dengan rapi di dalam kotak hitam.
Mengutip penjelasan FlightRadar24, black box merupakan istilah populer yang dipakai dalam industri penerbangan. Fungsi dari alat berwarna oranye ini adalah merekam data penerbangan. Data tersebut terdiri atas CVR (Cockpit Voice Record), FDR (Flight Data Recorder) atau kombinasi dari keduanya.
Kedua jenis data tersebut memiliki fungsi yang berbeda. CVR cuma merekam percakapan di dek pesawat serta suara-suara lain yang dihasilkan selama penerbangan –seperti tranmisi radio, percakapan antara pilot, suara mesin, hingga, alarm otomatis.
Sementara itu FDR merekam data seputar pesawat terbang. Antara lain ketinggian, kecepatan udara, arah penerbangan, percepatan, vertikal, pitch, roll, serta status autopilot. Selain itu, black box juga dilengkapi suar lokasi yang berfungsi mengirimkan sinyal dan bisa berlangsung hingga 30 hari.
Cara Membaca Black Box
Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid Kacong menjelaskan jika tim gabungan sudah menangkap sinyal black box pesawat terbang Sriwijaya Air SJ-182 pada pagi ini.
“Sinyalnya hari ini kita dapat cukup jelas sinyalnya (black box),” terang Laksda TNI Abdul Rasyid kepada wartawan.
Dirinya mengungkapkan sudah meminta KRI Rigel untuk menandai titik lokasi yang diduga menjadi titik keberadaan black box tersebut.
Nantinya, saat black box sudah diamankan, akan dibaca lebih lanjut oleh tim analis demi menguak penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Di Indonesia, pihak yang berwenang untuk membuka dan menganalisis Black Box adalah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Sebagai gambaran, kurang lebih begini proses pembacaan black box pesawat terbang.
Melansir penjelasan Reuters, teknisi akan mencopot bahan pelindung dan membersihkan sambungan secara hati-hati. Tujuannya agar tak terjadi insiden lagi dimana data yang terekam malah terhapus.
Setelah itu, file audio atau data pesawat harus diunduh serta diduplikasi. Awalnya, data yang diunduh masih berbentuk mentah. Oleh karena itu harus melalui proses pembacaan sandi untuk kemudian diubah dalam bentuk grafik.
Terkadang investigator juga menerapkan analisis spektral –langkah yang dipakai untuk menguji suara sehingga membuat ilmuwan mampu memilih suara-suara yang bisa didengarkan atau menandai alarm pertama yang berbunyi hingga ledakan.