JAKARTA - Hari ini merupakan hari ketiga bagi tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan yang kembali mencari serpihan pesawat dan korban Sriwijaya Air SJ-182.
Pada hari ini, search rescue unit (SRU) menambah fokus pencarian, yakni upaya pencarian black box atau kotak hitam pesawat. SRU laut mengonsentrasikan pencarian di area bawah permukaan air untuk menemukan posisi black box dan body part korban.
"Untuk di bawah permukaan mungkin kita akan lebih konsentrasi pada pencarian atau evakusi terhadap korban, sekaligus bagian pesawat. Di sisi lain juga kita tetap sekaligus melakukan pencarian terhadap black box," kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsyda Bagus Puruhito di Posko Terpadu JICT II, Minggu, 10 Januari malam.
Lalu, SRU laut juga memperluas area pencarian di atas permukaan air sesuai hanyutan dari body part korban dan pecahan pesawat. SRU laut juga melaksanakan penyisiran di area pesisir sesuai search area sejauh 25 NM.
Kemudian, SRU laut khusus penyelam mengonsentrasikan di penyelaman di sekitar area penemuan body part dan serpihan pesawat. SRU udara melaksanakan pencarian di area yang telah dipetakan.
Pada operasi hari ini, ada enam sektor operasi pencarian dengan total 53 kapal, mulai dari kapal perang laut atau KRI hingga kapal pengawas perikanan.
"Adapun rencana kita masih beroperasi di daerah yang sama, dengan metode di bawah dan dan permukaan laut, dengan sedikit melebarkan area pencarian dan menambah pencarian di pesisir karena arus dari laut menuju ke pesisir," jelas Bagus.
Dari kegiatan operasi pencarian kemarin hingga pukul 19.20 WIB, tim pencarian gabungan telah mendapatkan 16 kantong berisi serpihan atau potongan dari badan pesawat, 10 kantong jenazah yang berisi bagian dari korban, dan 5 potong pakaian.
BACA JUGA:
Target kotak hitam
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut bahwa sinyal black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 telah terpantau oleh tim pencarian gabungan. Ketika sinyal black box tersebut telah tertangkap radar, Hadi berharap dua kotak hitam pesawat yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu tersebut bisa segera ditemukan.
"Terbukti, dua sinyal yang dikeluarkan oleh black box tersebut terus bisa dipantau dan sekarang sudah bisa di-marking. Mudah-mudahan, dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa diangkat," kata Hadi.
Adapun black box yang terpasang pada pesawat terbang terbagi menjadi dua bagian yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). FDR bertugas untuk menyimpan parameter penerbangan selama 25 jam sebelum ditimpa dengan rekaman baru. Informasi tersebut meliputi kecepatan, ketinggian, waktu, hingga arah pesawat.
Sedangkan CVR menyimpan percakapan antara pilot kepada krunya atau menara pengawas. Periode rekamannya selama dua jam, dan setelahnya ia akan terus merekam ulang dengan sendirinya dan menimpa data sebelumnya.
"Hingga saat ini, kami terus berupaya untuk mendapatkan black box, sehingga bisa menjadi bahan Komite Nasional Keselamatan Transportasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut," jelas Hadi.
Basarnas menyiapkan skema dalam pencarian kotak hitam atau black box dan korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu. Penyelam akan dibagi dalam pencarian yang akan dilakukan Senin, 11 Januari pagi.
“Dari Basarnas terdiri (dari) 30 penyelam dan dibantu TNI AL, Kopaska, Marinir, Denjaka total jampir 150 personel dibantu relawan. (Jadi) jumlahnya kurang lebih 200 di lapangan,” kata Deputi Bidang Operasi, Pertolongan dan Kesiapsiagaan Basarnas, Bambang Suryo Aji.
Rencananya penyelaman operasi pencarian black box dan korban pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak yang jatuh pada Sabtu, 9 Januari siang akan dimulai sekitar pukul 07.00-08.00 WIB.