AS Rilis Strategi Baru untuk Tingkatkan Pertahanan <i>Cybersecurity</i> dan Tekan Ancaman dari Rusia dan China
Pemerintah Amerika Serikat untuk memperkuat pertahanan siber. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA -Gedung Putih pada Kamis 2 Maret  mengumumkan strategi keamanan siber baru sebagai upaya terbaru pemerintah Amerika Serikat untuk memperkuat pertahanan siber (cybersecutiry)  di tengah peningkatan kasus peretasan dan kejahatan digital yang menargetkan negara tersebut.

Strategi tersebut, yang dimaksudkan untuk membimbing kebijakan masa depan, mendorong pengaturan yang lebih ketat terhadap praktik keamanan siber yang ada di seluruh industri serta meningkatkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta. Hal ini dilakukan setelah serangkaian insiden peretasan oleh pelaku domestik dan asing terhadap Amerika Serikat serta di tengah konflik militer antara Rusia dan Ukraina, di mana perang siber menjadi perhatian utama.

Strategi ini menempatkan China dan Rusia sebagai ancaman keamanan siber yang paling menonjol bagi Amerika Serikat. Dalam panggilan dengan para wartawan, seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengatakan bagian dari strategi baru tersebut ditujukan untuk mengekang peretas Rusia. "Rusia berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi kejahatan siber, dan ransomware adalah masalah yang dominan yang kami hadapi saat ini," kata pejabat tersebut, seperti dikutip Reuters.

Serangan ransomware, di mana kelompok penjahat siber mengambil alih sistem target dan menuntut pembayaran tebusan, termasuk dalam jenis serangan siber yang paling umum dan telah memengaruhi berbagai industri dalam beberapa tahun terakhir.

"Sistem peradilan pidana tidak akan mampu menangani masalah ini sendirian - kami harus melihat elemen kekuatan nasional lainnya," tambah pejabat tersebut. "Jadi, kami berharap Rusia memahami konsekuensi dari aktivitas jahat di ruang siber, dan akan terus ditekan."

Strategi tersebut mendorong pembentukan koalisi dengan mitra asing. " Ini untuk menekan Rusia dan aktor jahat lainnya untuk mengubah perilaku mereka," kata pejabat AS lainnya dalam panggilan yang sama.

"Kami berpikir telah melihat beberapa keberhasilan dalam mempertahankan koalisi tersebut selama setahun terakhir," tambah pejabat tersebut.

Di antara sejumlah hal, strategi tersebut menuntut peningkatan standar patching celah keamanan dalam sistem komputer dan menerapkan perintah eksekutif yang akan memerlukan perusahaan cloud untuk memverifikasi identitas pelanggan asing.