Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menyebut China tidak berniat terlibat perlombaan nuklir dengan pihak siapa pun, termasuk Amerika Serikat (AS).

"China berkomitmen kuat terhadap strategi nuklir defensif dan selalu menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum yang disyaratkan oleh keamanan nasional. Kami tidak mempunyai niat untuk terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China dilansir ANTARA, Jumat, 20 Oktober.

Hal tersebut disampaikan Mao Ning menanggapi laporan Departemen Pertahanan AS kepada Kongres yang menyatakan China sedang berupaya memodernisasi dan memperluas persenjataan nuklir dengan meningkatkan hulu ledak nuklir dari 500 unit menjadi lebih dari 1.000 unit pada 2030.

Departemen Pertahanan AS juga menyebut China diperkirakan akan melanjutkan upaya ekspansi dan modernisasi senjata hingga 2035 untuk memenuhi tujuan Presiden Xi Jinping dalam mencapai status militer "kelas dunia" pada 2049.

"Laporan AS ini, seperti laporan-laporan sebelumnya, tidak berdasarkan fakta dan bias. Mereka menyebut China sebagai ancaman hanya untuk mencari alasan yang tepat bagi AS untuk mempertahankan hegemoni militernya, China sangat menentang hal ini," ungkap Mao Ning.

China, menurut Mao Ning, memiliki kebijakan nuklir yang unik di antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan telah mempertahankan tingkat stabilitas, konsistensi dan prediktabilitas yang tinggi.

"Bagi negara mana pun, selama mereka tidak menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap China, mereka tidak perlu khawatir akan ancaman senjata nuklir," lanjut Mao Ning.

AS, menurut Mao Ning, adalah negara dengan persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia.

"Negara tersebut menggunakan nuklir untuk tujuan menggetarkan, terus berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan nuklirnya, menambah titik penyebaran nuklir sebagai kekuatan strategis, dan memperkuat efek penggetaran bagi sekutu-sekutunya. Kebijakan dan tindakan itu meningkatkan risiko perlombaan senjata nuklir," jelas Mao Ning.

Tindakan AS itu, menurut Mao Ning, hanya akan berdampak buruk pada lingkungan keamanan strategis global.

"China mendesak AS untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan logika hegemoni serta melihat niat strategis dan pengembangan pertahanan China secara obyektif dan rasional, serta berhenti mengeluarkan laporan tahunan yang tidak bertanggung jawab semacam ini demi menjaga hubungan militer dan relasi China-AS secara menyeluruh tetap stabil," kata Mao Ning.

Dalam laporan tahunan kepada Kongres mengenai perkembangan militer dan keamanan di China, Dephan AS menyebut meski punya 500 hulu ledak, China tetap berkomitmen pada kebijakan "tidak ada serangan pertama".

Persediaan senjata nuklir yang dimiliki China juga disebut masih kalah dibandingkan Rusia dan AS. Rusia memiliki persenjataan nuklir sebanyak 5.889 hulu ledak, sementara AS memiliki 5.244 hulu ledak, menurut lembaga independen Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Pada tahun 2021, Dephan AS memperkirakan China memiliki sekitar 400 hulu ledak.

Para pejabat AS mengatakan Beijing mungkin telah menyelesaikan pembangunan tiga kelompok lokasi rudal baru pada 2022. Ladang-ladang ini mencakup setidaknya 300 silo Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) baru.

ICBM adalah rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 5.500 km (3.400 mil). Laporan pihak AS menyebut pasukan roket Tentara Pembebasan Rakyat juga berupaya mengembangkan ICBM yang akan memungkinkan Republik Rakyat China mengancam serangan konvensional terhadap sasaran di benua AS, Hawaii, dan Alaska.

Analisis tersebut mengatakan bahwa meskipun persediaan nuklirnya meningkat, China tetap "berkomitmen pada kebijakan 'penggetaran' terhadap serangan pertama musuh dan 'serangan balik' ketika penggetaran gagal".