YouTube Diduga Kumpulkan Data Tontonan Anak-anak Berusia di Bawah 13 Tahun
YouTube dituduh mengumpulkan riwayat atau data tontonan anak-anak berusia di bawah 13 tahun. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - YouTube dituduh mengumpulkan riwayat atau data tontonan anak-anak berusia di bawah 13 tahun. Platform streaming video itu telah melanggar kode privasi data Inggris yang dirancang untuk melindungi anak-anak.

Anggota staf di kelompok advokasi anak 5Rights, Duncan McCann mengajukan keluhan Age Appropriate Design Code (AADC) atau kode anak-anak ke Kantor Komisi Informasi (ICO) Inggris.

Dia meminta pengawas data untuk memerintahkan Google agar berhenti mengumpulkan data anak-anak dan mendendanya sebanyak 4 persen dari pendapatan tahunan.

McCann mengatakan situs milik Alphabet Inc, induk Google tersebut mengumpulkan data tentang video yang ditonton anak-anak, dari mana mereka menonton, dan perangkat apa yang mereka gunakan untuk menontonnya.

"Bayangkan YouTube sebagai orang asing dewasa yang mengikuti anak Anda online dengan papan klip virtual yang merekam semua yang mereka lakukan," kata McCann dalam sebuah pernyataan.

"Itulah yang terjadi setiap hari dan mereka tidak hanya melakukannya dengan anak Anda. Mereka melakukannya dengan hingga 5 juta anak Inggris lainnya juga, menghasilkan sejumlah besar informasi pribadi yang dikumpulkan," tambahnya.

Ayah dari tiga anak ini meminta YouTube harus mengubah desain platform mereka dan menghapus data yang telah dikumpulkan dari anak di bawah umur 13 tahun itu.

“Tidak peduli itu melanggar hukum, itu adalah eksperimen sosial besar-besaran, tanpa izin, pada anak-anak kita dengan konsekuensi yang tidak pasti. YouTube harus mengubah desain platform mereka dan menghapus data yang telah mereka kumpulkan secara tidak sah dari anak di bawah 13 tahun," ujar McCann.

YouTube memang telah melarang anak-anak di bawah 13 tahun untuk menggunakan situs web utamanya, tetapi keluhan McCann menuduh perusahaan tersebut gagal memastikan anak-anak yang lebih kecil mengikuti aturan dan hanya menggunakan platform utama dengan persetujuan orang tua.

YouTube memiliki aplikasi khusus anak-anak di bawah 13 tahun yang terpisah, YouTube Kids dan memiliki pemrosesan data yang lebih ketat. Namun, data dari pengawas telekomunikasi Ofcom menunjukkan YouTube digunakan oleh 89 persen anak-anak berusia antara tiga dan 17 tahun.

Sementara hanya 40 persen pengguna YouTube berusia tiga hingga empat tahun secara eksklusif menggunakan aplikasi Kids, dengan proporsi jauh lebih rendah untuk anak yang lebih besar.

Menanggapi hal ini, YouTube sejatinya telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan privasi anak dengan pengaturan default yang lebih protektif.

Perusahaan turut melakukan investasi untuk melindungi anak-anak dan keluarga dengan meluncurkan aplikasi khusus anak-anak sembari memperkenalkan praktik data baru.

“Selama bertahun-tahun, kami telah melakukan investasi untuk melindungi anak-anak dan keluarga, seperti meluncurkan aplikasi khusus anak-anak, memperkenalkan praktik data baru untuk konten anak-anak dan memberikan pengalaman yang lebih sesuai usia," jelas juru bicara YouTube.

"Kami tetap berkomitmen untuk melanjutkan keterlibatan kami dengan ICO dalam pekerjaan prioritas ini, dan dengan pemangku kepentingan utama lainnya termasuk anak-anak, orang tua, dan pakar perlindungan anak," tambahnya.

Lebih lanjut, ICO mengatakan akan mempertimbangkan pengaduan tersebut dengan hati-hati, “Kode Anak-anak memperjelas bahwa anak-anak tidak seperti orang dewasa online, dan data mereka membutuhkan perlindungan yang berarti,” terang Wakil Komisaris ICO, Pengawasan Regulasi, Stephen Bonner.

Sebagai informasi, AADC telah berpengaruh secara internasional, yang mewajibkan penyedia memenuhi 15 standar desain dan privasi untuk melindungi anak-anak, termasuk membatasi pengumpulan lokasi mereka dan data pribadi lainnya.

Setelah diberlakukan di Inggris Raya pada 2021, platform teknologi termasuk Instagram, TikTok, dan Snap semuanya mengumumkan kebijakan baru untuk pengguna anak dari aplikasi mereka.

Pada Agustus 2022, badan legislatif California juga memberlakukan undang-undang tindak lanjut yang memperkenalkan AADC ke undang-undang negara bagian.

Pada 2019, YouTube juga pernah didenda 170 juta dolar AS oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS untuk menyelesaikan tuduhan perusahaan melanggar undang-undang federal dengan mengumpulkan informasi pribadi tentang anak-anak.