Bagikan:

JAKARTA - Alat Kecerdasan Buatan (AI) seperti ChatGPT belakangan telah menguasai berbagai industri, termasuk yang terbaru adalah toko buku virtual Amazon Kindle.

Setidaknya 200 e-book di Amazon Kindle Store mencantumkan ChatGPT sebagai penulis atau rekan penulis. Tetapi jumlahnya diperkirakan lebih dari itu.

Hal ini karena kebijakan Amazon yang tidak mengharuskan penulis mengungkapkan apakah mereka telah menggunakan AI atau tidak.

Dengan terciptanya e-book besutan ChatGPT, adalah contoh terbaru dari tulisan buatan AI yang membanjiri pasar dan berperan dalam pembuatan konten yang meragukan secara etis sejak rilis alat gratis besutan OpenAI itu pada November tahun lalu.

Buku-buku yang dibuat oleh ChatGPT diterbitkan melalui penerbitan Kindle Direct Amazon, dan telah merilis lebih dari 1,4 juta buku yang diterbitkan sendiri setiap tahun dan menjualnya bersama yang ditulis oleh penulis terkenal.

Salah satu penulis buku anak-anak baru, Brett Schickler berbicara tentang keuntungan penggunaan perangkat lunak tersebut.

"Gagasan untuk menulis buku akhirnya tampak mungkin. Saya bisa melihat orang membuat seluruh karir dari ini," ujar Schickler kepada Reuters, dikutip Kamis, 23 Februari.

Bukunya, The Wise Little Squirrel: A Tale of Saving and Investing, ditulis menggunakan ChatGPT dan ditujukan untuk membantu anak-anak mempelajari dasar-dasar keuangan.

Namun sejauh ini, dia hanya menghasilkan 100 dolar AS setara Rp1,5 jutaan untuk proyek tersebut, tetapi Schickler berencana untuk menulis lebih banyak buku dengan bantuan AI.

Contoh lain e-book buatan AI di Amazon Kindle Store termasuk cerita anak-anak The Power of Homework, koleksi puisi berjudul Echoes of the Universe, dan epik fiksi ilmiah tentang rumah bordil antarbintang, Galactic Pimp: Vol. 1.

ChatGPT menjadi sangat populer semenjak akhir 2022 ketika OpenAI mulai mengizinkan pengujian publik secara gratis. Belum lama Microsoft melalui layanan Bing-nya juga menyematkan teknologi chatbot.

Pun dengan Google yang merilis uji coba Bard AI chatbot-nya , yang terkadang juga terbukti tidak akurat. Tentu saja teknologi ini cukup mengkhawatirkan jika orang menggunakannya untuk menulis novel, terutama saat penggunaannya tidak diakui.