JAKARTA - Di tengah tren kripto yang kian berkembang saat ini, survei Kaspersky menemukan bahwa hanya 25 persen responden merasa mendapat informasi yang cukup tentang potensi ancaman aset kripto di dunia maya, sementara 23 persen lainnya tidak memiliki informasi sama sekali.
Menunjuk Arlington Research untuk melakukan penelitian terhadap 12.000 orang dari 16 negara, survei tersebut juga mengatakan bahwa kesadaran akan ancaman ini menurun seiring bertambahnya usia, di mana konsumen yang berusia di bawah 35 tahun lebih banyak mendapatkan informasi tentang ancaman tersebut.
Ancaman dunia maya, seperti pencurian dan penipuan virtual, adalah salah satu ancaman yang paling banyak disorot dan menjadi perhatian utama oleh responden dengan masing-masing 27 persen dan 26 persen responden.
Sementara 38 persen responden tidak menyadari bahwa mereka bisa menjadi target ancaman kripto, bahkan jika mereka tidak memiliki aset kripto.
Perlu dicatat bahwa siapa pun dapat menjadi target penambang kripto (cryptomining), program yang secara diam-diam menghasilkan aset kripto untuk pemiliknya menggunakan sumber daya komputer lain, baik mereka memiliki aset kripto atau tidak.
“Meskipun penurunan terjadi di pasar kripto baru-baru ini, namun tingkat aktivitas berbahaya di lapangan tidak menurun. Industri kripto, yang masih dalam masa pertumbuhan, tetap menjadi target utama para scammers," kata Vitaly Kamluk, kepala unit Asia Pasifik, Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT) dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta.
BACA JUGA:
Kamluk juga mengungkapkan bahwa survei yang dilakukan Kaspersky ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan edukasi mengenai potensi risiko yang dihadapi oleh pemilik aset kripto.
"Karena adopsi aset digital terus bertumbuh, sangat penting bagi individu untuk mengambil tindakan yang tepat guna melindungi diri dari ancaman dunia maya,” pungkasnya.