Popularitas Turun, Transaksi Kripto di Indonesia pada 2022 Anjlok 65,48 Persen dari Rp859,4 Triliun jadi Rp296,66 Triliun
Ilustrasi. (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkap bahwa pengguna internet yang memiliki aset kripto di Indonesia cukup besar. Angkanya mencapai 16,4 hingga 18,4 persen.

Namun, popularitas dan nilai aset kripto justru mengalami penurunan sepanjang 2022.

Plt Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan, total pelanggan terdaftar aset kripto naik dari 11,2 juta pada 2021 menjadi 16,55 juta pada 2022. "Namun, nilai transaksi aset kripto mengalami penurunan sepanjang 2022," ucapnya dalam konferensi pers, Rabu, 4 Desember.

Lebih lanjut, Didid mengatakan sepanjang Januari hingga November 2022, nilai transaksi aset kripto mencapai Rp296,66 triliun. Kata Didid, angka tersebut anjlok 65,48 persen dari Rp859,4 triliun pada 2021.

Didid menambahkan, di tahun ini akan terjadi crypto winter jika mengacu pada survei yang dilakukan Statista Global Consumer Survey.

Berdasarkan survei tersebut, sambung Didid, jumlah penduduk Amerika Serikat yang sudah ber investasi pada aset kripto sebanyak 18 persen. Namun, total penduduk yang berencana melanjutkan investasinya hanya 15 persen.

Padahal, kata Didid, sebelumnya pada tahun 2020 popularitas pemilik aset kripto naik dari 8 persen menjadi 11 persen.

“Kami menduga di 2023 ini, memang aset kripto ini mengalami masa winter yang luar biasa,” ucapnya.

Kata Didid, walaupun populeritas aset kripto menurun, tetapi diprediksi pada tahun ini akan kembali bangkit atau rebond meski tidak terlalu cepat.

“Nampaknya 2023 winter ini enggak selesai-selesai. Tampaknya masih mendekati titik yang paling bawah. Artinya, 2023 walaupun tidak semakin memburuk tetapi untuk rebond nampaknya belum sepenuhnya. Kalau kita lihat survei-survei,” jelasnya.