Google Perpanjang Uji Coba Fitur <i>Sleep Sensing</i> di Nest Hub Hingga 2024
Google perpanjang uji coba fitur Sleep Sensing (foto: twitter @chromeunboxed)

Bagikan:

JAKARTA - Google mengumumkan akan memperpanjang masa uji coba gratis fitur Sleep Sensing di Nest Hub 2nd Gen hingga tahun 2024.

Nest Hub 2nd Gen sendiri merupakan perangkat yang dilengkapi dengan asisten Google untuk memberikan Anda bantuan di ruangan mana pun di rumah dengan sekali lihat.

Awalnya, Google menawarkan uji coba gratis Sleep Sensing hingga tahun 2022 dan berencana untuk mendorongnya ke layanan berbayar melalui Fitbit Premium pada tahun 2023, namun akhirnya dibatalkan. 

Tidak diketahui jelas mengapa Google memperpanjang masa uji coba tersebut, namun tampaknya keputusan ini cukup menyenangkan. 

Anda kini masih dapat menggunakan pelacakan tidur yang cukup akurat hingga tahun 2023. Mungkin dengan memperpanjang waktu uji coba, Google mengharapkan banyak orang lebih menyukainya dan akhirnya memutuskan untuk membayarnya nanti jika dirasa berguna bagi mereka.

Fitur Sleep Sensing di Google Nest Hub dapat membantu Anda mendapatkan istirahat malam yang lebih nyenyak dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. 

Fitur ini akan melacak tidur Anda, mengukur pernapasan dan mendeteksi apa yang dapat mengganggu Anda di malam hari, seperti batuk atau mendengkur. 

Saat Sleep Sensing mengetahui pola tidur Anda, Anda akan menerima data yang dipersonalisasi serta tips yang berguna untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.

Google menegaskan bahwa Sleep Sensing tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis, menyembuhkan, memitigasi, mencegah, atau mengobati penyakit atau kondisi apapun. Jadi, jika Anda memiliki keluhan, sebaiknya Anda langsung menemui ahlinya. 

"Sleep Sensing tersedia untuk pratinjau tanpa biaya tambahan hingga tahun 2023. Pada tahun 2024, Google berencana untuk mengintegrasikan Sleep Sensing ke Fitbit Premium (saat ini 9,99 dolar AS atau Rp156 ribu per bulan). 

Sayangnya, Sleep Sensing saat ini tidak tersedia dalam semua bahasa atau negara. Di Asia-Pasifik sendiri, fitur ini hanya tersedia di Singapura, India, Korea, Taiwan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.