Bagikan:

JAKARTA - Siapa sangka kartu SIM yang biasanya dibuang saat sudah tidak digunakan ternyata dapat disulap menjadi salah satu bahan obat, membuatnya lebih murah ketika dipasarkan dan mengurangi limbah elektronik.

Para peneliti di Imperial College London dan University of Cagliari, Italia telah menemukan cara untuk mendaur ulang emas dari limbah elektronik itu, dan menggunakannya kembali dalam reaksi kimia pada pembuatan obat.

Kartu SIM sendiri mengandung sedikit nikel, tembaga, perak, dan emas. Proses tersebut diklaim dapat membantu mengurangi limbah elektronik dan menggunakan kembali logam mulia yang seharusnya ditambang.

“Saya pikir jika kita dapat menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan limbah yang kita hasilkan dan memulihkan logam, maka kita tidak perlu terlalu bergantung pada penambangan,” ungkap peneliti utama studi dan profesor kimia di Imperial College London, James Wilton-Ely.

“Ini juga membantu kami menyelesaikan masalah sampah yang kami miliki, yang saat ini menumpuk,” imbuhnya.

Untuk memulai, para peneliti membeli satu tas berisi 200 kartu SIM bekas. Mereka menggiling kartu SIM, mengupas plastiknya, dan memilah logam dasar, seperti nikel dan tembaga.

Saat mengekstraksi emas, mereka menggunakan reagen aman berwarna hijau yang disebut ligan belerang, sebuah molekul yang menempel pada atom logam pusat. Sekarang, yang tersisa hanyalah senyawa emas, tetapi emas dalam bentuk ini tidak dapat digunakan kembali dalam elektronik.

Senyawa itu dapat menjadi katalisator untuk mempercepat reaksi kimia yang membantu terciptanya senyawa bermanfaat, seperti senyawa farmasi. Jadi, peneliti dari Imperial College London menguji apakah senyawa emas yang diperoleh dari kartu SIM dapat digunakan untuk meningkatkan laju reaksi kimia yang biasa dimanfaatkan dalam pembuatan obat-obatan.

Melansir Popsci, Jumat, 23 Desember, sejumlah obat farmasi itu seperti obat pereda nyeri antiinflamasi Diflunisal, dan obat antiinflamasi arthritis Oxaprozin.

Namun, para peneliti belum menggunakan senyawa emas daur ulang untuk menghasilkan obat yang sebenarnya, proses tersebut hanya sekadar menunjukkan penggunaan alternatif untuk memanfaatkan limbah elektronik yang dibuang itu.

“Sebagai ahli kimia, kami selalu menganggap unsur-unsur ini sangat berharga. Jadi, sungguh mengejutkan memikirkan begitu banyak elemen yang dibuang secara rutin dalam limbah peralatan elektronik dan listrik,” ujar Wilton-Ely.

Temuan mereka dijelaskan awal bulan ini pada 9 Desember di jurnal ACS Sustainable Chemistry & Engineering, dan proses daur ulang yang peneliti lakukan ini tidak hanya pada kartu SIM. Mereka dapat menerapkan metode tersebut untuk mendaur ulang papan sirkuit dan juga kartrid printer.

“Adopsi dari apa yang kami lakukan saat ini, saya yakin akan terjadi. Tapi itu akan terjadi di masa depan begitu manfaat dari reaksi yang dikatalisis emas masuk ke dalam desain pabrik farmasi," tutur Wilton-Ely.