JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan metode daur ulang baterai bekas dalam upaya mengurangi masalah lingkungan akibat sampah baterai, yang mengandung logam berat sehingga bisa membahayakan lingkungan dan kesehatan.
Dikutip dalam siaran pers BRIN via Antara, Peneliti Pusat Riset Sistem Nanoteknologi BRIN Octia Flowerin menyampaikan daur ulang baterai bekas umumnya dilakukan menggunakan metode pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang langsung.
Pirometalurgi yakni metode daur ulang baterai bekas dengan cara memanaskan baterai bekas pada suhu tinggi. Metode ini menghasilkan logam murni, tetapi membutuhkan energi yang besar.
Metode hidrometalurgi yang dilakukan dengan cara melarutkan logam dari baterai bekas menggunakan larutan kimia bisa menghasilkan logam murni dengan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan pirometalurgi.
Sedangkan metode daur ulang secara langsung dilakukan dengan cara mengubah baterai bekas menjadi katoda baterai baru. Metode ini kebutuhan energinya paling rendah, tetapi hanya dapat dilakukan pada baterai jenis tertentu.
BACA JUGA:
Octia dan timnya mengembangkan metode daur ulang baterai bekas menggunakan hidrometalurgi dan penelitian asam askorbat.
"Metode ini menghasilkan logam murni dengan efisiensi yang tinggi dan energi yang rendah," kata Octia, anggota peneliti dalam Kelompok Riset Material Fungsional Dimensi Rendah.
Upaya pengembangan metode daur ulang baterai bekas tersebut dilakukan bekerja sama dengan Osaka University, Kumamoto University, Ming Chi University of Technology di Taiwan, Institut Teknologi Bandung, hingga UPSI Malaysia.
Octia berharap penelitian itu dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan.