Teleskop Webb Deteksi Awan di Bulan Terbesar Saturnus, Titan
Bulan terbersar Planet Saturnus, Titan (foto: dok. NASA, ESA, CSA, WM Keck Observatory)

Bagikan:

JAKARTA - Teleskop Ruang Angkasa James Webb telah lama memata-matai salah satu Bulan paling menarik di Tata Surya, Titan yang dimiliki Planet Saturnus. Kini, teleskop itu berhasil mendeteksi awan cukup terang dari Titan.

Pada November lalu, observatorium raksasa itu mengalihkan pandangan instrumen Near-Infrared Camera (NIRCam) ke Titan. Ini satu-satunya Bulan di Tata Surya yang memiliki atmosfer padat, empat kali lebih padat dari Bumi.

Atmosfer Titan terbuat dari nitrogen dan metana, yang membuatnya tampak kabur dan berwarna jingga. Kabut tebal ini mengaburkan cahaya tampak dari pantulan permukaan bulan, membuatnya sulit untuk dibedakan.

Berbasis data Teleskop Webb di ruang angkasa dan WM Keck Observatory yang berada di darat, para peneliti dapat melihat bagaimana awan berubah.

Data dalam NIRCam Teleskop Webb pada 5 November menunjukkan awan terang di belahan utara Titan dan endeteksi awan kedua di atmosfer. Sementara WM Keck Observatory, memberikan gambar konfirmasi juga dalam inframerah dekat dua hari kemudian.

"Kami khawatir bahwa awan akan hilang ketika kami melihat Titan satu dan dua hari kemudian dengan Keck, tetapi kami senang karena ada awan di posisi yang sama, sepertinya mereka mungkin telah berubah bentuk," ujar peneliti Keck Imke de Pater dalam sebuah pernyataan.

Awan yang lebih besar terletak di atas wilayah kutub utara Titan di dekat Kraken Mare, lautan metana cair terbesar yang diketahui di permukaan bulan itu.

Titan memiliki benda cair mirip Bumi di permukaannya, tetapi sungai, danau, dan lautnya terbuat dari etana dan metana cair, yang membentuk awan dan menyebabkan hujan dari langit. Para peneliti juga percaya Titan memiliki lautan air cair internal.

"Mendeteksi awan itu menarik karena memvalidasi prediksi lama dari model komputer tentang iklim Titan, bahwa awan akan terbentuk dengan mudah di pertengahan belahan bumi utara selama akhir musim panas ketika permukaannya dihangatkan oleh Matahari," ungkap penulis Conor Nixon, seorang ahli planet dan ilmuwan di NASA.

Nixon juga penyelidik utama di program observasi Teleskop Webb untuk Titan. Lebih lanjut, pakar pemodelan atmosfer membantu tim menentukan bahwa kedua teleskop telah menangkap pengamatan pola cuaca musiman di Titan.

Melansir CNNInternasional, Senin, 5 Desembed, NIRCam Teleskop Webb juga mampu mengumpulkan data di atmosfer Titan yang lebih rendah, yang tidak dapat dilihat oleh observatorium berbasis darat seperti Keck karena interferensi dari atmosfer Bumi, dalam berbagai panjang gelombang cahaya inframerah.

Data tersebut, yang saat ini masih dianalisis, mampu melihat lebih dalam ke atmosfer dan permukaan Titan daripada pesawat luar angkasa Cassini, yang mengorbit Saturnus dan bulan-bulannya selama 13 tahun.

Pengamatan Teleskop Webb juga bisa mengungkap penyebab fitur terang di kutub selatan Titan. Peneliti merencanakan lebih banyak pengamatan terhadap Titan pada Juni tahun depan, yang dapat memberikan informasi tambahan tentang gas-gas di atmosfernya.