JAKARTA - Koalisi aktivis hak-hak sipil pada Senin, 21 November mendesak pengiklan Twitter untuk mengeluarkan pernyataan tentang niat menarik iklan mereka dari platform media sosial itu setelah pemilik barunya Elon Musk mencabut larangan terhadap akun twitter milik mantan Presiden AS, Donald Trump.
Akun Trump, yang telah ditangguhkan Twitter setelah kerusuhan Capitol AS pada 6 Januari 2021 dengan alasan risiko hasutan kekerasan lebih lanjut, diaktifkan kembali pada akhir pekan lalu. Sementara sekitar 90% pendapatan Twitter berasal dari penjualan iklan digital.
Kelompok-kelompok dalam koalisi Stop Toxic Twitter mengeluh bahwa Musk telah berjanji kepada pengiklan bahwa Twitter akan mengambil pendekatan yang dipertimbangkan untuk memulihkan akun yang dilarang dan mengadakan dewan moderasi konten baru. Namun tidak ada dewan seperti itu yang dibentuk pada Senin lalu.
"Itu adalah pelanggaran nyata," kata Angelo Carusone, presiden Media Matters, pengawas media berhaluan kiri yang merupakan bagian dari koalisi, kepada Reuters, pada Senin lalu. Dia mengatakan bahwa Musk "berbohong sejak awal."
"Dalam waktu kurang dari tiga minggu Musk telah mengingkari setiap janji yang dia buat kepada para pemimpin hak-hak sipil dan pengiklan," kata Jessica Gonzalez, co-chief executive media dan kelompok demokrasi Free Press, yang juga merupakan bagian dari koalisi Twitter, di siaran pers yang mereka buat.
Twitter, yang kehilangan sebagian besar tim komunikasinya ketika Musk memangkas staf, tak lama setelah mengambil alih platform itu, tidak segera menanggapi permintaan komentar dari media.
Bulan ini, Musk mengeluh bahwa tekanan dari para aktivis telah menyebabkan "penurunan pendapatan yang sangat besar" akibat banyak pengiklan menarik iklan mereka.
Twitter sendiri mulai memulihkan akun yang dilarang atau ditangguhkan akhir pekan lalu termasuk komedian Kathy Griffin dan juga Trump, bahkan akun Kanye West.
Platform tersebut juga mengaktifkan kembali akun Twitter pribadi Perwakilan DPR AS Marjorie Taylor Greene pada Senin lalu.
Menurut Carusone, dari 100 pengiklan teratas Twitter berdasarkan total pengeluaran tahun ini, 51 telah menghentikan iklan menurut percakapan pribadi dengan koalisi, pernyataan publik atau data pengeluaran yang disediakan oleh perusahaan pengukuran iklan Pathmatics.
Koalisi juga meminta merek-merek yang belum memublikasikan kenginan untuk menjeda iklan Twitter mereka, untuk mengeluarkan pernyataan publik dan membantu dalam menghasilkan tekanan pada 49 pengiklan lainnya yang tidak mengambil tindakan.
BACA JUGA:
"Anda harus mengambil sikap dan menarik garis," kata Carusone. "Penting bagi pembelanja besar untuk mengatakan mereka telah berhenti."
“Koalisi akan mempertimbangkan penyebutan perusahaan tersebut akhir pekan ini jika mereka belum mengeluarkan pernyataan publik tentang penghentian iklan,” tambahnya.
Musk dalam cuitannya Sabtu lalu menyatakan bahwa Twitter akan mengaktifkan kembali akun mantan presiden setelah mayoritas tipis memilih “ya” pada jajak pendapat Musk tentang masalah ini.
Nama-nama di atas daftar pengiklan teratas Twitter telah bergeser dari minggu sebelum Musk menutup kesepakatannya untuk mengakuisisi perusahaan tersebut. Merek besar seperti HBO dan Mondelez adalah dua pengiklan teratas Twitter pada minggu sebelum akuisisi, menurut data dari Pathmatics.
#HowToUpsetABillionaire RETWEAT a picture of him wearing a bowtie pic.twitter.com/FwAExyznKY
— Donald J. Drumpf (@RealDonalDrumpf) November 20, 2022
Namun antara 10 November dan 16 November, setelah Musk memberhentikan setengah dari staf Twitter, dua pengiklan terbesar teratas adalah FinanceBuzz.io, situs web keuangan pribadi dan Trendytowns, situs e-niaga yang berbasis di Singapura.
Data Pathmatics menunjukkan bahwa 100 pengiklan teratas antara 10 November hingga 16 November menghabiskan sekitar 23,6 juta dolar AS di Twitter, turun dari 24. 2 juta dolar AS dihabiskan antara 16 Oktober hingga 22 Oktober sebelum Musk menjadi pemilik Twitter.
Sementara akun Trump sendiri kini sudah muali membuat cuitan di Twitter, pada 21 Noveember. Padahal sebelumnya, mantan presiden AS itu mengaku tak mau balik lagi ke twitter meski akunnya dipulihkan.