Bagikan:

JAKARTA - Parlemen Siprus membuka penyelidikan pada Rabu, 9 November tentang perkembangan spyware di negara pulau itu, setelah laporan penyelidikan komite Parlemen Eropa mengatakan negara itu menjadi pusat ekspor penting untuk industri pengawasan atau spyware.

Sophie in't Veld, pelapor draft laporan pertama untuk komite Parlemen Eropa yang disebut PEGA, mengatakan pada Selasa 8 November bahwa Siprus adalah "tempat yang menarik" untuk menjual teknologi pengawasan. Ia juga menambahkan bahwa "penyalahgunaan spyware di negara-negara anggota Uni Eropa adalah ancaman besar bagi demokrasi di seluruh benua".

Laporan tersebut mengutip pejabat Siprus yang mengatakan 'tiga sampai empat' perusahaan memproduksi spyware di pulau itu.

"Sudah dikonfirmasi bahwa Siprus adalah rumah kaca bagi perusahaan yang memproduksi spyware ... yang memiliki dukungan politik," kata anggota parlemen Aristos Damianou dari partai oposisi AKEL, yang meminta penyelidikan parlemen.

Namun juru bicara pemerintah Siprus tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang laporan itu.

 Presiden Siprus Nicos Anastasiades pekan lalu mengatakan keterlibatan Siprus dalam pengawasan spyware di negara lain adalah 'imajiner'.

Anggota partai Demokrat Rally yang konservatif menuduh oposisi berusaha mempengaruhi opini publik menjelang pemilihan presiden pada awal 2023.

Salah satu pengembang spyware, grup NSO Israel, mengatakan dalam laporan Juni 2021 bahwa produknya "diatur secara ketat oleh otoritas kontrol ekspor di negara-negara tempat kami mengekspor produk kami: Israel, Bulgaria, dan Siprus".

NSO, yang menjual spyware Pegasus ke lembaga pemerintah, mengatakan itu adalah alat yang ampuh dalam memerangi kejahatan dan terorisme.

Dalam tanggapan tertulis atas pertanyaan yang diajukan oleh Reuters pada Juli 2021, kementerian energi, perdagangan, dan industri Siprus mengatakan bahwa tidak ada informasi tentang penerbitan lisensi ekspor untuk produk NSO hingga saat ini.