JAKARTA - Di bawah kekuasaan Elon Musk, pelanggan Twitter Blue kini harus membayar 7,99 dolar AS atau setara dengan Rp125 ribu per bulan untuk mendapatkan lencana verifikasi di akunnya.
Perubahan ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengguna Twitter lain dapat melakukan verifikasi akun yang sebelumnya sulit untuk didapatkan di bawah sistem lama Twitter.
Namun, dalam sebuah utas yang dibagikan oleh Kepala Keamanan dan Integritas Twitter, Yoel Roth ia mengakui bahwa perusahaan mungkin harus berinvestasi lebih lanjut dalam "verifikasi identitas" yang melampaui sistem verifikasi berbayar yang akan menyertai langganan Twitter Blue.
"Dalam jangka panjang, saya pikir kita perlu berinvestasi lebih banyak dalam verifikasi identitas sebagai pelengkap bukti kemanusiaan. Verifikasi Berbayar adalah sinyal kemanusiaan yang kuat (tidak sempurna), yang membantu memerangi bot dan spam. Tapi itu tidak sama dengan verifikasi identitas," tulis Roth di Twitter.
Verification! Impersonation! Twitter Blue! There’s a lot going on around identity on Twitter — let’s break down what our policies are, and some of the big questions we still need to answer…
— Yoel Roth (@yoyoel) November 8, 2022
Utas yang dibuat oleh Roth ini muncul karena adanya peniruan identitas dalam skala besar yang baru-baru ini terjadi. Sejumlah selebriti yang terverifikasi dilaporkan mengubah nama akun dan gambar profilnya menjadi Elon Musk.
Menanggapi hal tersebut, Musk akhirnya mengumumkan larangan baru, di mana akun yang berpura-pura menjadi orang lain akan langsung ditangguhkan oleh pihak Twitter.
Karena itu, Roth mengatakan bahwa ke depannya, Twitter akan menangani peniruan identitas yang dilakukan oleh pengguna terverifikasi itu dengan menangguhkan akun-akun yang terlibat dalam praktik tersebut.
Namun, ketika muncul rencana langganan Twitter Blue yang baru ini, Roth mengungkapkan bahwa peniruan identitas bisa menjadi lebih sulit diterapkan jika ada peningkatan pengguna terverifikasi untuk diperhatikan oleh Twitter.
Untuk mengatasi ini, Roth mengatakan bahwa Twitter akan “meningkatkan tinjauan proaktif terhadap akun Blue Verified yang menunjukkan tanda-tanda meniru pengguna lain,” dan kemudian menangguhkannya.
BACA JUGA:
Jika pengguna Twitter lain yang menemukan akun 'bodong' tersebut, Roth meminta pengguna Twitter untuk melaporkan akun yang terlibat dalam peniruan identitas kepada perusahaan.
Karena potensi penyalahgunaan, laporan dari The New York Times mengatakan bahwa Twitter memutuskan untuk menunda peluncuran sistem Twitter Blue yang diperbarui dan Roth sekarang telah mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut.
Terlebih lagi, Roth juga mengakui bahwa hanya meminta pengguna untuk membayar lencana biru mereka bukanlah bentuk verifikasi identitas yang sangat kuat dan bahwa Twitter mungkin perlu berbuat lebih banyak di bidang ini di masa mendatang.
"Tidak ada solusi untuk identitas yang sempurna, dan kami mengulangi dengan cepat untuk menemukan pendekatan terbaik di sini," tutup Roth di akhir utas yang ditulisnya.
No solution to identity is perfect, and we’re iterating quickly to come up with the best approach here. We appreciate all the feedback, and will share more as our work progresses.
— Yoel Roth (@yoyoel) November 8, 2022