JAKARTA - SpaceX baru saja sukses meluncurkan Falcon Heavy untuk pertama kalinya sejak Juni 2019, mengakhiri periode lama tidak aktif untuk roket operasional paling kuat di dunia.
Peluncuran Falcon Heavy datang dengan implikasi besar, dan bukan hanya karena kekuatan fisiknya yang mengesankan. Kemampuannya membawa 140.000 pon kargo, hanya dapat disaingi oleh roket pensiunan Saturn V NASA, yang membantu membawa astronot ke Bulan dalam misi Apollo.
Terlepas dari peluncuran pertama yang sukses sejak 2018, roket SpaceX hanya mengalami tiga peluncuran total sejak saat itu, dengan yang terbaru terjadi pada 2019.
Selama menjalankan beberap misi itu roket tersebut cukup menjanjikan, termasuk peluncuran komersial bersejarah yang berakhir dengan sukses, Falcon Heavy juga melakukan misi untuk NASA, membantu kemajuan teknologi luar angkasa dan ekspedisi eksplorasi Mars di masa depan dalam prosesnya.
Kemarin, di bawah kekuatan 27 mesin Merlin pada tahap pertama, roket itu telah membawa dua muatan teknologi ruang angkasa rahasia ke orbit untuk Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 1 November waktu setempat yang meluncur dari Cape Canaveral, Florida, AS.
Melansir CNET, Rabu, 2 November, kurang dari 10 menit setelah lepas landas, pendorong samping roket kembali untuk pendaratan yang sukses dan hampir bersamaan tidak jauh dari landasan peluncuran. Penguat inti pusat dibuang ke laut setelah mengirim muatan dalam perjalanannya ke orbit.
Falcon Heavy terdiri dari tahap inti yang merupakan versi modifikasi dari tahap pertama roket Falcon 9, dan dua booster yang dipasang di samping.
BACA JUGA:
Dalam peluncuran itu, Falcon Heavy ditugaskan untuk menyebarkan muatan vital ke orbit geostasioner hampir 36.000 km di atas permukaan Bumi dalam operasi gabungan yang disebut sebagai misi USSF-44. Muatan yang dibawa itu dilaporkan adalah prototipe mikro-satelit militer disebut TETRA-1 dan CubeSat.
Muatan tersebut bertujuan untuk menguji kondisi lingkungan orbit tinggi Bumi dan mendemonstrasikan kemampuan teknologi, peralatan ini akan digunakan untuk membuka jalan bagi teknologi dan misi luar angkasa masa depan yang akan datang.
Biasanya muatan itu disuntikkan ke orbit transfer, dan kemudian propelan pesawat ruang angkasa digunakan untuk menaikkan kendaraan ke orbit geostasioner melingkar. Namun, dalam kasus ini, tahap pertama dan kedua Falcon Heavy melakukan semua pekerjaan.